“Aku berkarya apa dong ya? Nulis kurang bakat. Berorganisasi gagap. Mau kesana-sini terbatas kemampuan dan waktunya...”
Saya bilang begini,
Tidak ada seorang manusia pun yang kosong dari potensi dan bakat,
Yang semua itu harus dialirkan agar semakin tumbuh jiwa dalam diri.
Tidak ada seorang manusia pun yang kosong dari potensi dan bakat,
Yang semua itu harus dialirkan agar semakin tumbuh jiwa dalam diri.
Kalau jiwa tumbuh, dia makin pintar,
Tidak mudah terombang-ambing oleh riak kehidupan,
Tidak mudah patah semangat,
Tidak gampang tersinggung,
Tidak bingung putung oleh kenyataan kehidupan.
Jiwa yang berakal selalu bisa melihat kebaikan bahkan yang terselip dalam sebuah tragedi sekalipun.
Karena Allah Ta’ala yang langsung mengajarinya.
Tidak mudah terombang-ambing oleh riak kehidupan,
Tidak mudah patah semangat,
Tidak gampang tersinggung,
Tidak bingung putung oleh kenyataan kehidupan.
Jiwa yang berakal selalu bisa melihat kebaikan bahkan yang terselip dalam sebuah tragedi sekalipun.
Karena Allah Ta’ala yang langsung mengajarinya.
Sekarang, jangan bermentalitas “saya tidak bisa apa-apa” atau “saya tidak punya bakat”. Hati-hati jangan membuat tersinggung Sang Maha Pencipta.
Bukankah kita masih hidup per saat ini?
Itu adalah modal utama
Karena mereka yang sudah habis masa pakai raganya sudah tak bisa beramal lagi. Bagi mereka adalah waktu menuai amalan yang telah mereka lakukan. Jika rajin beramal maka besar panennya, jika malas-malasan ya...semoga Allah mengampuni.
Bukankah kita masih hidup per saat ini?
Itu adalah modal utama
Karena mereka yang sudah habis masa pakai raganya sudah tak bisa beramal lagi. Bagi mereka adalah waktu menuai amalan yang telah mereka lakukan. Jika rajin beramal maka besar panennya, jika malas-malasan ya...semoga Allah mengampuni.
Sekarang lihat diri sendiri. Ragamu sudah dirawat baikkah? Sudah mandi bersih? Potong kuku seminggu sekali seperti yang disunnahkan Rasulullah?
Lihat sekitar, anak-anakmu sudah beres kau rawat? Pasanganmu sudah diberi haknya dengan baik? Lalu orang tuamu, sudahkah menyapa mereka? Juga adik dan kakak walau sekadar sapa melalui whatsapp. Belum terhitung tetanggamu, rekan kerjamu. Semua punya haknya masing-masing. Juga termasuk mejamu yang sudah berdebu, wc rumahmu yang berjamur, tanaman di kebun yang sudah berhari-hari tak diairi. Semua itu adalah apa-apa yang Dia hadirkan dalam semestamu. Disitulah kau harus berkarya.
Lihat sekitar, anak-anakmu sudah beres kau rawat? Pasanganmu sudah diberi haknya dengan baik? Lalu orang tuamu, sudahkah menyapa mereka? Juga adik dan kakak walau sekadar sapa melalui whatsapp. Belum terhitung tetanggamu, rekan kerjamu. Semua punya haknya masing-masing. Juga termasuk mejamu yang sudah berdebu, wc rumahmu yang berjamur, tanaman di kebun yang sudah berhari-hari tak diairi. Semua itu adalah apa-apa yang Dia hadirkan dalam semestamu. Disitulah kau harus berkarya.
Jangan terpaku pada bentuk kekaryaan monumental seperti membuat proyek, membuat buku, bicara sana-sini, membuat mesjid dll. Silakan lakukan jika memang Allah memudahkan langkahmu ke sana. Tapi jangan persempit makna sebuah kekaryaan sebagai sesuatu yang harus diakui orang dan mendapat jempol dan decak kagum orang banyak. Itu ilusi. Anak tangga kekaryaan kita masing-masing ada di kehidupan yang tengah kita pijak saat ini. Tak perlu jauh-jauh. Dan yang menentukan nilai sebuah karya hanya keikhlasan hati kita masing-masing saat menjalaninya.
So let’s get back to work!
Mari kita bangun tangga menuju Allah dari dunia kita hari ini
Mari kita bangun tangga menuju Allah dari dunia kita hari ini
No comments:
Post a Comment