“Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan ini?”
Tanya Hajar, sang perempuan mulia, saat Ibrahim as hendak
meninggalkan dirinya dan Ismail yang masih menyusui di sebuah lembah gersang
dan tak berpenghuni dengan hanya dibekali sebuah geribah yang di dalamnya
terdapat kurma dan air dalam bejana.
Ibrahim as menjawab singkat, “Ya.”
Kemudian dengannya teguhlah hati Siti Hajar dan berkata, “Kalau
begitu, kami tidak disia-siakan.”
Perhatikan keteguhan iman seorang Siti Hajar yang saat
menghadapi tantangan kehidupan yang ia hanya pastikan adalah apakah ini
perintah dari Tuhannya atau bukan, karena baginya selama ia ada di dalam jalan
Allah Ta’ala pasti akan dicukupi-Nya. Dan memang itu kemudian yang terjadi.
Titik tempat Ibrahim menerima petunjuk untuk menyimpan Ismail dan Hajar adalah tepat
di mana air mata Zamzam berada. Air itu akan keluar di bawah kaki bayi Ismail
seiring dengan upaya Hajar melakukan sa’i, berlari-lari kecil antara bukit Shafa
dan Marwah.
Kadang kehidupan seseorang dikeringkan sedemikian rupa agar mengalir
khazanah pengetahuan Ilahiyah ke dalam dirinya, dengannya ia menjadi lebih
memahami diri, kehidupan dan akhirnya mengenali Rabb-nya dengan pengenalan yang
lebih baik. Seandainya Siti Hajar dan Ismail masih tinggal di Hebron, sebuah
kota yang tidak kekurangan air dan melimpah makanan di dalamnya, maka sumur
zamzam yang mengalir air tak habis-habis sampai saat ini tidak akan pernah terbuka
untuk umat manusia. Seandainya kehidupan manusia nyaman terus, tidak pernah
kekurangan, tidak ada konflik, tidak pernah susah maka potensi jiwanya tidak
akan tumbuh dan dia tidak akan pernah mencari Allah.
Adalah sebuah rahmat Allah sebenarnya ketika anak dibuat
sakit, bisnis dibuat surut, rumah tangga dibuat ribut, suasana kantor dibuat
tidak nyaman dan lain-lain hal yang membuat kita membatin. Itu justru saat
Allah menurunkan obat-Nya bagi sekian banyak penyakit hati yang membuat jiwa
malas dan tidak mencari jalan kembali kepada-Nya. Akan tetapi kerap kali
manusia saat disentuh oleh Allah seperti itu mengeluh, menjerit dan menyalahkan-Nya.
Kita butuh memohon keimanan seperti yang ditunjukkan oleh
Siti Hajar, yang manakala musibah atau ujian datang menjelang yakin bahwa
segala yang hadir adalah dari-Nya dan Dia hanya memberi yang terbaik dan
berkata, “Kalau begitu, kami tidak disia-siakan…”
- Amsterdam, 7 November 2018. Pagi hari di musim gugur yang cerah
No comments:
Post a Comment