“Dua perkara yang dibenci anak Adam,
(pertama) kematian, padahal kematian itu lebih baik bagi seorang mukmin daripada fitnah (kesesatan di dalam agama). (Kedua) dia membenci sedikit harta, padahal sedikit harta itu lebih menyedikitkan hisab (perhitungan amal). (HR. Ahmad)
Kematian tidak selalu berarti kematian secara jasad yang pasti akan menjelang. Akan tetapi setiap orang yang serius mendekat kepada Allah harus memasuki fase "mati sebelum mati", yaitu mematikan kehidupan yang bukan kehidupannya sejati, mematikan keinginan yang tidak haq, mematikan amarah dan ambisi yang cenderung mengeluarkan seseorang dari pengkadaran hidup yang telah Allah tetapkan dsb.
Adapun kebanyakan manusia tidak mau 'mati', karena sedemikian terikat dengan bentuk kehidupan dan persona yang melekat dengan dirinya dimana ia tumbuh bersama persona itu. Padahal jika seseorang berserah diri (aslama) saja kepada Allah Ta'ala pasti Allah akan geser kehidupannya dan diatur langkahnya untuk menjadi dirinya yang sejati, yang untuk apa dia diciptakan. Dan di titik itulah sebenarnya letak kebahagiaan hakiki masing-masing insan, yaitu kebahagiaan yang akan abadi sifatnya dunia dan akhirat.
Sedangkan perkara menyedikitkan harta bukan berarti seseorang menjadi miskin harta, karena diantara hamba-hamba-Nya ada yang memang Allah mudahkan harta mengalir ke tangannya, akan tetapi dia menyadari bahwa diantara harta itu ada sekian banyak hak orang lain, sehingga dia tidak akan menyimpan bahkan menikmati untuk dirinya sendiri tapi akan cenderung menyebarkan bagi kebaikan semesta dunia. Itulah orang yang berfungsi sebagai 'rahmatan lil 'alamiin'. []
No comments:
Post a Comment