Saturday, February 22, 2020
Melihat kehidupan itu tidak bisa hitam-putih. Terlalu banyak kekayaan khazanah di dalam secuplik episode dunia. Itu kenapa menggosipkan seseorang dan menghibahnya merupakan dosa besar dalam pandangan Allah. Karena itu seperti menjatuhkan hukuman secara sepihak dengan informasi yang minim dan wawasan yang sempit pada sebuah lautan fenomena yang tengah Dia bentangkan.
Kadang melihat kehidupan seperti melihat gambar di bawah. Sekilas kita hanya melihat gambar kotak-kotak. Tapi jika tenang melihatnya maka perlahan-lahan mata kita bisa menangkap ada gambar berbentuk lingkaran yang ada diantaranya.
Ketenangan itu kunci dasar merespon kehidupan. Kalau tenang kita bisa melihat keadaan apa adanya dan tidak mudah terpancing emosi. Akan tetapi setan akan selalu menghembuskan hawa ketergesaan. Orang mudah langsung percaya sebuah kabar tanpa melakukan cek dan ricek, orang akan serampangan melemparkan tuduhan tanpa melakukan klarifikasi (tabayyun) dan orang akan langsung menghakimi tanpa berusaha mengumpulkan informasi yang benar sebanyak-banyaknya.
Ketergesaan membuat kita menyiksa diri sendiri dengan pikiran dan harapan yang tidak selaras dengan aliran kehidupan. Padahal sejatinya tidak ada istilah "terlambat" atau "terlalu cepat" semua yang terjadi sudah dikadar presisi oleh-Nya. Begitupun kebenaran versi kita harus selalu diuji kadar kebenarannya sejalan dengan waktu. Karena tidak ada tajalli yang berulang. Dalam mencari kebenaran seorang Isaac Newton pun berpesan "Just keep question everything". Selalu pertanyakan semuanya. Bahkan konsep kebenaran yang kita pegang hari ini pun besok bisa jadi basi. Kita harus mengalir terus dengan aliran Sang Waktu dan tenang menjalaninya.
Benar kiranya pesan almarhum nenek saya dulu, ’Dipikir sing tenang sak durunge mutusno, ojo grusa-grusu, mengko keliru". Artinya, "pikirkan dengan tenang sebelum memutuskan sesuatu, jangan gegabah, nanti keputusannya keliru".
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment