Tuesday, February 18, 2020

Salah satu sumber penderitaan kita adalah ketika kita kurang mahir dalam menjembatani antara keinginan dan kenyataan. Setiap harinya kita menjadi menderita dan dibuat tegang oleh sekian banyak fenomena yang menimpa. Sumbernya bisa datang dari pasangan, dari orang tua, dari saudara, dari tempat kerja, dari usaha, dari tetangga dan lainnya. Allah tidak akan pernah kehabisan bank soal untuk menguji kekuatan jiwa kita. Maka jangan kaget kalau pasangan tidak seperti yang kita dambakan. Kalau anak berkelakuan tidak seperti yang kita harapkan. Dan kalau hidup tidak berjalan seperti yang kita rencanakan. Inilah kehidupan dunia. Ia akan selalu menguji kita. Kuncinya adalah jangan berontak. Semakin kita mengeluhkannya akan semakin sakit dan menderita diri. Akibatnya selamanya kita akan berada dalam ilusi “kalau begitu aku akan bahagia”. Padahal kunci kebahagiaan adalah menerima apa adanya. Walau sulit dirasakan di awal waktu. Lama kelamaan dengan sabar dan shalat maka Allah akan memberi kita kelapangan hati untuk menjalaninya. Maka Allah Ta’ala berfirman, “Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat” (QS Al Baqarah [2]: 45). Bahkan untuk bisa shalat pun diperlukan rezeki berupa kesabaran. Dengan menegakkan tiang agama berupa shalat, maka Allah akan memberikan sebuah kecerdasan jiwa untuk melihat dan menerima sesuatu apa adanya. Malah di tahap tertentu akan terlihat hikmah dan keindahannya. Kita akan menjadi lebih realistis menjalani apa adanya. Pasangan yang itu, pekerjaan yang itu, status yang itu, keadaan yang itu, sakit yang itu dsb. Dengan sebuah kesadaran semua itu toh Allah yang izinkan terjadi dan sudah Dia catat di Lauh Mahfuz. Artinya setiap takdir kita itu Allah yang mendesain. Bukan orang lain. Walaupun syariatnya lewat tangan dan tindakan orang tertentu. Tapi ketika itu diizinkan terjadi berarti sadarilah bahwa sungguh ada mata air kebaikan di dalamnya yang kita harus bersungguh-sungguh untuk menggalinya.[]

No comments:

Post a Comment