Tuesday, February 11, 2020
“What do you want mama?”
“Is this what you want?”
“What do you want me to do?”
Itu adalah salah satu dari kata-kata yang sering keluar dari mulut si bungsu, Rumi yang berusia 5 tahun. Kata-kata yang sama tidak pernah sekalipun terlontar dari lisan kakaknya yang berkarakter lebih firm dan tegas.
Rumi itu halus sekali perasaannya, empatinya luar biasa tinggi. Tapi kehalusannya itu sering disalahartikan oleh teman kebanyakan bahkan oleh beberapa gurunya sebagai “kekurangan”. Karena di keseharian dia cenderung mengalah, mudah menangis dan bermain sendiri. Baru ketika satu setengah tahun lalu tiba-tiba ia mendapatkan guru bernama Tamar, seorang guru perempuan senior keturunan Yahudi yang sudah berprofesi menjadi guru selama 30 tahun lamanya – akhirnya anak ini mulai merasa dimengerti oleh seseorang di sekolah.
Awalnya saya mendorong Rumi untuk aktif memiliki keinginan sendiri. Tidak mesti selalu menanyakan pertanyaan-pertanyaan semacam di atas. Saya katakan kepadanya, “Mama, ingin Rumi belajar mengambil keputusan sendiri”. Suatu pernyataan yang hanya dibalas oleh anak itu dengan manis dengan pertanyaan, “Yes, but is that what you really want?” #teteuup 😅
Lama-lama saya bisa melihat sisi lain dari sikap dia itu. Hal yang sangat tidak biasa ketika seseorang diberikan kebebasan untuk menentukan pilihan lalu ia mengembalikan “free card” itu dan berkata “aku ikut pilihanmu saja”.
Rumi, menjadi cermin buat saya. Agar saya belajar untuk menyerahkan pilihan-pilihan kepada-Nya. Betul memang kita diberi kebebasan untuk memilih. Tapi kalau kita boleh jujur. Sesungguhnya kita tidak tahu pasti apakah pilihan itu terbaik untuk diri, keluarga dan masa depan kita. Karena dampak yang kita lihat hanya satu, dua atau seratus langkah. Sedangkan Dia Mengetahui akhir dari setiap keinginan dan pilihan. Melalui Rumi saya menjadi lebih memahami betapa Allah senang ketika hamba-Nya berdoa seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, “Jangan Engkau serahkan aku kepada diriku walaupun sekejap mata”.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment