Saturday, May 15, 2021

 Post Lebaran Syndrome


Biasanya setelah lebaran usai. Ketika ketupat-ketupat dan hidangan opor habis. Semua parcel dan kue kering sudah dibagi-bagikan dan dulu ketika tidak dalam masa pandemi, maka dalam hitungan hari semua kembali ke kediaman masing-masing, menerjang arus balik. Ada rasa sepi yang tiba-tiba mencekam. Ada rasa kehilangan yang dalam tapi tak bisa tergambarkan. But life goes on...


Itu mengapa momen kebersamaan di hari raya khususnya Idul Fitri selalu dinantikan. Karena itulah satu-satunya saat kita berkumpul dengan keluarga besar dengan sangat masif dan meriah. Pokoknya all-out. Walaupun ada larangan mudik di saat pandemi yang masih meradang saat ini, untunglah teknologi internet membantu kita menjembatani jarak dan keadaan yang ada. 


Ada gejala lain yang biasanya timbul setelah lebaran. Ada yang kembali memuaskan syahwatnya dengan makan sekenyang-kenyangnya. Seolah-olah 'membalas dendam' karena sebulan penuh si syahwat dikekang. Jika ini yang terjadi maka untuk 11 bulan ke depan si syahwat akan mengambil alih kekang kehidupan kita lagi dan tujuan hakiki dari shaum tidak tercapai kecuali menahan lapar dan dahaga. Oleh karenanya Rasulullah menyarankan agar pasca Ramadhan diikuti dengan shaum sunnah enam hari di bulan Syawal. Agar proses pendidikan jiwa terus berjalan dan tidak berubah secara tiba-tiba. Dan setelah itu dilanjutkan dengan shaum senin-kamis. Jika mampu.


Hal lain yang patut kita renungkan adalah, untuk melihat kesinambungan diantara dua hari raya, Idul Fitri dan Idul Adha. Hari seseorang kembali menuju fitrah dan hari raya lebaran haji karena pada saat yang bersama kaum muslim yang sedang melakukan haji sedang melakukan wukuf di Arafah. Sebuah puncak dari ibadah haji, berupa berdiam di lembah 'arafah yang memiliki kata dasar yang sama dengan ma'rifat. Sebuah padang pengenalan. Jadi dua hari raya itu sungguh berkaitan. Yang satu merayakan tercapainya pengenalan diri, itu adalah sebuah batu loncat untuk menuju lebaran yang kedua, yaitu mengenal Dia. Karena demikianlah asal muasal alam raya dan semua makhluk dicipta,  karena Dia - Sang Khanzun Mahfiy - yang rindu untuk dikenal.


So, keep it up. Jangan turun stamina mencari Dia pasca Idul Fitri dengan tenggelam dalam Post Lebaran Syndrome, tertundukkan oleh hawa nafsu dan syahwat jasadiyah. We have to rise above it. Karena perjalanan masih panjang dan bulir-bulir pasir waktu jam pasir kita semakin menyusut...


Amsterdam, 3 Syawwal 1442 H

No comments:

Post a Comment