Wednesday, May 19, 2021

 Gratitude


Gratitude sering diterjemahkan sebagai kebersyukuran. Sebuah kata dasar yang sakral "syukur". Dalam Al Qur'an kata "syukur" ini dikaitkan dengan doa ketika seseorang menginjak usia 40 tahun. Artinya memasuki usia kepala empat, seharusnya seseorang sudah mulai membaca sebuah kesatuan yang utuh dan indah antara takdirnya yang telah ia lalui, bumi dan kehidupan yang ia tengah pijak di saat ini dan rencana di di masa depan.


“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai 40 tahun ia berdoa: ‘Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” 

(QS Al-Ahqaf ayat 15)


Bersyukur itu tidak mudah. Sesuai dengan redaksi doa di atas, bahkan untuk bisa mensyukuri nikmat-Nya itu butuh petunjuk-Nya.  Karena manusia kerap tidak paham ihwal sekian banyak puzzle takdir kehidupan yang telah dan sedang apalagi yang akan dijelangnya. Tapi Tuhan Maha Tahu. Dia sudah mempersiapkan semua dengan presisi. Bahkan ketika manusia belum memiliki nama dan entitas sekalipun.


Secara etimologi, "gratitude" berasal dari kata dalam Bahasa Latin "gratus" yang berarti menyenangkan atau berterima kasih. Ada hubungan antara kebersyukuran dengan sesuatu yang diberikan. Jadi ingat ada kata lain untuk menyatakan sesuatu yang diterima secara cuma-cuma, yaitu "gratis". Iya, kita manusia dan semesta mahluk ciptaan ini pada hakikatnya menerima semua hal secara gratisan, karena tidak ada satupun yang berasal selain dari-Nya. Tidak kepandaian kita, tidak harta kita, udara segar yang dihirup,  tidak jiwa dan raga kita, semua Dia yang memberi. Tinggal pilihan kita sendiri, mau jadi orang yang tahu berterima kasih setelah diberi semua serba gratisan atau mau hidup seenak dirinya saja. Menentukan pilihan-pilihan dalam kehidupan tanpa mempertimbangkan Dia atau melibatkan-Nya dalam menentukan berbagai keputusan. Dalam agama diajarkan, kalau memilih pilihan yang pertama hisabnya akan ringan, sedangkan pilihan yang terakhir akan menghadapi hisab berat di hari nanti...

No comments:

Post a Comment