Thursday, June 3, 2021

 "Cool Muslim"


Saya perhatikan selama tinggal di Belanda, salah satu penyebab resistensi masyarakat terhadap Islam adalah kegagapannya dalam membedakan antara budaya yang ditampilkan oleh representasi umat Muslim dengan latar belakang tertentu dengan agama yang dianutnya.

Di Belanda misalnya, umat Muslim direpresentasikan mayoritas oleh kaum imigran keturunan Turki atau Maroko yang sudah berkembang menginjak generasi ketiga. Patut dicermati secara histori, kebanyakan orang tua mereka adalah kaum buruh yang awalnya diundang untuk melakukan berbagai pekerjaan kasar di ladang-ladang, pertanian atau perkebunan dan umumnya berpendidikan rendah. Konsekuensi dari pendidikan yang rendah itu, tidak sedikit dari mereka yang tidak bisa membaca - ini salah satu penyebab mereka tidak berbaur dengan orang di luar komunitasnya, selain itu budaya komunikasi dan berargumentasi it's simply not in their system. Yang terjadi kemudian adalah anak-anak dan cucu mereka yang harus menghadapi kenyataan budaya yang berbeda dengan apa yang orang tuanya ajarkan mengalami 'gegar budaya'.

Pengajaran aspek syariat agama yang terlalu keras tanpa dijelaskan apa landasan yang membangun sebuah syariat atau inner dimension of Islam - ternyata berdampak menimbulkan perilaku yang keras pada generasi berikutnya. Tidak sedikit yang kemudian berkonfrontasi dengan kenyataan budaya masyarakat yang berbeda dan dianggap 'menyalahi aturan agama'. Berbagai insiden seperti sekumpulan pemuda Maroko yang mencela perempuan yang mengenakan pakaian serba minim di musim panas atau bahkan oknum gerombolan pemuda yang membunuh seseorang homoseksual dengan cara didorong dari gedung tinggi membuat gempar negeri ini. Dan masyarakat luas pun dengan terburu-buru menyimpulkan, "Inikah kelakukan umat Islam?" Padahal itu dilakukan oleh oknum tertentu, yang kebetulan Muslim.

Di sisi lain, warna Islam yang ditampilkan oleh orang Indonesia itu secara umum berbeda. Lagi-lagi bisa jadi berkaitan dengan latar belakang generasi awal yang bermigrasi ke negeri ini yang kebanyakan kaum pelajar atau pebisnis. Juga budaya tepo seliro atau toleransi serta keramahan orang Indonesia dikenal demikian menonjol dan memberikan warna lain dari tampilan umat Islam yang ada.

Sepertinya, ketakutan kebanyakan orang Barat terhadap Islam semata-mata karena mereka belum mengetahui banyak tentang keseluruhan aspek agama yang mulia ini, terlebih karena belum ada contoh teladan yang dapat mereka jadikan rujukan di lingkungan sekitar mereka sendiri.

Ketika saya menjelaskan berbagai salah paham dari salah seorang teman saya, perempuan Perancis yang lama tinggal di Belanda dan memiliki sentimen tersendiri tentang Islam. Dia terperangah dan banyak menganggukkan kepalanya saat mendengarkan penuturan saya dengan seksama. Di akhir pembicaraan, dia akhirnya membuat kesimpulan seperti ini, " I think you are a cool Muslim" :) Semoga jadi bagian menolong agama Allah...aamiin.

No comments:

Post a Comment