Wednesday, May 21, 2025

Menghadapi badai amarah

 "I just want my food !!!" 

Brakk!

Semua orang terkejut dan menghentikan apapun yang tengah dilakukan. 

Hening sesaat...

Setelah itu semua orang membuang pandangan kepada orang yang baru berteriak itu. Seorang muda, sekitar 20 tahunan yang kecewa karena pesanan makanan onlinenya tidak kunjung datang dan dia merasa berhak meminta makanan yang telah dibayarnya di restoran itu. Sementara sang manajer restoran menolaknya mentah-mentah dengan alasan bahwa makanannya telah diantar, rupanya ini ulah sang kurir makanan yang tidak mengantarkan pesanannya. 

Jadi ini urusannya terkunci. Si manager bersikeras tidak mau memberikan pesanan karena sudah diberikan. Dan dia berhak berkata demikian. Sementara si pelanggan merasa sudah membayar dan lapar, dia cuma ingin makanan yang dipesannya. Keduanya bersikeras hingga masing-masing berteriak dan si pelanggan hampir-hampir berbuat kekerasan. Suasana makin tegang karena si manager memutuskan walk away dan mengunci dirinya di dalam kantor meninggalkan si pelanggan yang makin murka karena merasa aspirasinya diabaikan. 

Di tengah suasana tegang itu datanglah manager lain, mencoba bicara hati ke hati dengan pemuda yang nafasnya masih tersengal-sengal dan matanya melotot karena dilanda kemarahan. Diajaknya pemuda itu duduk, ditawarinya minuman tapi dia menolak. Masih terlalu marah barangkali. Si manager menawarkan solusi. "Mari kita sama-sama hubungi perusahaan deliverynya, barangkali mereka bisa memberikan solusi, karena mereka berada diantara Anda dan restoran ini, semua menu yang dipesan telah dibayar kepada mereka, uang Anda ada pada mereka." 

Dia menolak untuk duduk, tapi gestur badannya mulai lebih santai. Tidak pasang kuda-kuda untuk menyerang. Dia mendengarkan saat di manager itu menelepon perusahaan delivery. Akhirnya solusi didapatkan, ia akan mendapatkan uangnya kembali dalam waktu 24 jam. 

"I'm sorry about your situation. But you will get your money back within 24 hours" kata si manager. 

"Yes, i just want my food" dia kemudian merogoh kantungnya dan mengeluarkan selembar uang. "I will buy the same meal then"

Si manager menyiapkan menu pesanannya, namun pada saat pemuda itu hendak membayar. Sang manager menolaknya dan meminta maaf akan apa yang telah terjadi. 

Seketika itu senyuman kecil mengembang di sudut bibirnya. Dan matanya berbinar. Otot-otot wajahnya menjadi rileks. Dia berubah menjadi seperti anak kecil yang bahagia menerima permen kesukaannya. Pesanannya tidak banyak, jadi bukan masalah uang nampaknya. Kadang manusia hanya perlu didengarkan dan diakui perasaannya. Hal yang kadang kita lupa ketika merespon seseorang, kita cenderung lansung memberi sekian alternatif logika dan analisa dari apa yang tengah terjadi. Andai saja si manager pertama merespon keluhan si pemuda itu dengan empati alih-alih self-defense dan mengeluarkan argumen ini dan itu. Barangkali drama ini tidak perlu terjadi dan tidak ada eskalasi emosi hingga hampir menyebabkan kekerasan yan bisa berujung fatal. Barangkali, hal pertama yang perlu dia dengan adalah, "I'm so sorry ...i feel you..." Tangkap dulu rasa kecewanya. Baru kemudian setelah emosinya diwadahi baru beranjak ke tataran logika, "Now, what can i do for you..." atau "Here's what we can do..."

Sebuah pelajaran bermuamalah dengan manusia. 


Amsterdam, 21 Mei 2025

Musim semi yang hangat. Memasuki masa kontrak kerja baru di KFC, 38 jam per minggu. 

No comments:

Post a Comment