Tuesday, August 6, 2013

Dunia Sekitar Sebagai Cerminan Kondisi Hati

Hati atau qalb manusia disebut sebagai Baitullah, namun tidak sembarang qalb bisa disinggahi oleh kekuasaan-Nya, di dalam hadits dikatakan:

"Langit-Ku dan bumi-Ku tidak dapat memuat-Ku
Tapi yang dapat memuat-Ku hanyalah qalb hamba-Ku yang mukmin"

Jadi, qalb seorang manusia yang sudah ditempa menjadi seorang mukmin lah yang dapat dihampiri oleh kuasa Allah, insipirasi-Nya, pengetahuan-Nya, kebijakan-Nya, ilmu-Nya dan sifat-sifat-Nya , bukan Dia secara Dzat yang ada di sana.

Cahaya Allah yang bertajali di dalam qalb manusia itu bagaikan sinar proyektor yang menimpa klise film, klise itu adalah hati kita, apapun yang ada dalam klise akan terpantul keluar oleh cahaya tersebut. Semua kehidupan kita sejak kecil menjejak di qalb masing-masing, apa-apa yang kita lihat dengan mata dan tangkap dengan indera kita semua menempel di hati - oleh karenanya penting untuk menggunakan indera kita dengan baik, sesuai dengan aturan-Nya.

Seorang hamba yang dirahmati Allah akan Ia pancarkan cahaya kuasa-Nya ke dalam qalbnya yang akan menampakkan isi hati orang itu. Kadang proyeksi dalam kehidupan bisa berupa suatu kesialan, musibah atau hal-hal yang menyenangkan, yang semuanya itu tidak lain merupakan cerminan kondisi hati kita per saat itu, jadi kehidupan kita adalah layar tiga dimensi dari hati masing-masing.

Dalam Al Quran dikatakan bahwa "semua hasanah berasal dari Allah sedangkan semua musibah itu berasal dari jiwamu sendiri". Qalb manusia terletak di dalam jiwa, yang merupakan entitas inti manusia. Kalau kita masih murung terhadap kehidupan, jangan lantas menyalahkan Tuhan, tapi coba pahami apa yang sebenarnya tengah terjadi, hidup ini apa sebenarnya? apa makna sebuah musibah? apa hikmah di balik segala peristiwa. Bukan sekedar mencari benar atau salah, tapi harus belajar memahami mekanismenya.

Kalau permukaan qalb orang itu jernih, hatinya bersih, maka ketika Allah bertajali dan semua isi hati dipancarkan dalam pandangan dia indah saja, walaupun pada fenomenanya itu adalah sebuah peperangan kehidupan, ini disebut tajali Al Jamal, warnanya dibaca secara subyektif oleh orang itu. Jadi apapun itu yang terjadi segeralah berkaca kepada hati masing-masing.

(Disajikan ulang dari Kajian HIkmah Al Quran, Disampaikan oleh Zamzam AJT, 7 Januari 2006)

No comments:

Post a Comment