akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir dan orang-orang yang meminta-minta, dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa
(QS Al Baqarah : 177)
Seorang yang beriman kepada Allah Ta'ala belum tentu dalam tingkatan orang yang berbakti (Al Abror) karena ciri orang yang berbakti diungkap secara detail dalam Al Qur'an, yang khas dari sekian banyak ciri tersebut adalah sifat memberikan apa yang dicintai. Sebenarnya hakikat dari memberikan apa yang dicintai sudah terungkap dalam ayat sebelumnya
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan beritakanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."
(QS Al Baqarah: 155)
Maka tetap saja seseorang itu tidak akan bisa menghindari ketetapan Allah berupa kehilangan jiwa, kehilangan harta, orang tua meninggal, anak meninggal, bercerai, berpisah dengan anak, dan poligami pun suatu bentuk kehilangan jiwa. Hal yang paling dicintai bagi setiap orang tidak sama, ada yang lebih menyukai uangnya, ada yang sangat terikat pada pasangannya, ada yang sayang luar biasa pada anaknya, ada yang hidupnya tercurah untuk membangun bisnisnya dst, atau juga kecintaan pada sesuatu yang tak terlihat, seperti cinta pada penghargaan, pujian orang dll. Apapun itu obyek-obyek kecintaan kita kepada selain Allah pada hakikatnya adalah sebuah hijab yang menghalangi antara diri kita dan Dia Yang Maha Kasih. Perbuatan memberikan yang paling dicintai membutuhkan kejujuran tingkat tinggi dan keberanian untuk melaksanakannya, memang tidak mudah sehingga banyak manusia tidak mau melalui jalan ini dan Dia pun harus 'memaksa' manusia menempuhnya lewat desain takdir kehidupan. Namun di setiap rasa sakit yang meradang di situ terletak keterbukaan hati (qalb) kita.
(Disajikan ulang dari catatan pengajian Hikmah Al Quran yang disampaikan oleh Zamzam AJT, 21 Januari 2006)
No comments:
Post a Comment