SETIAP ANAK ADALAH SEORANG FILSUF
"Ma, apakah kita sekarang sedang bermimpi?"
"Sama sekali tidak sayang." jawab si mama dengan pede.
"Mama yakin?"
Mama: ....
Demikian cuplikan dialog antara seorang ibu dengan lelakinya yang berusia 3 tahun. Pertanyaan yang sama dilontarkan oleh Rene Descartes, filsuf berkebangsaan Perancis di abad ke-17, "Bagaimana seseorang bisa yakin bahwa ia tidak tengah bermimpi?"
Anak-anak secara natur adalah seorang filsuf. Filosofi berasal dari kata berbahasa Yunani "philo", berarti cinta dan "sophos" yang bermakna hikmah. Sejak kecil anak-anak dengan fitrahnya yang masih murni senang mempertanyakan semua hal, keping-keping pengetahuan yang membangun konsep besar dari seluruh alam ciptaan.
Selain itu imajinasi anak yang belum terpasung oleh sekat-sekat normatif memungkinkan ia melihat fenomena dari berbagai sudut. Contohnya ada dalam dialog antara Ali, seorang anak lelaki berusia lime tahun yang tiba-tiba berceletuk kepada tantenya, "Tante, masa depan kita bisa berpengaruh kepada masa lalu ya?". Sang tante yang sedang lincah menggerakkan jari jemarinya di layar smartphone langsung tersenyum geli - seraya mentertawakan ungkapan keponakannya- "Ya ngga lah, yang benar itu masa lalu berpengaruh membentuk masa depan kita". Sang tante yang memang bukan filsuf dan tidak juga tertarik untuk berpikir dalam menampik ajakan sang keponakan untuk mengeksplorasi kemungkinan "masa depan bisa berkontribusi kepada masa lalu seseorang". Kemudian kakaknya, yang berusia 9 tahun dan masih belum begitu "terpasung" alur berpikirnya mencoba mendukung gagasan sang adik, "Maksudnya mungkin begini tante, kalau seseorang belajar dengan baik hari ini, tentu ia akan meraih hasilnya berupa nilai yang bagus. Nah ketika seseorang berpikir tentang kebaikan yang akan dipetik di masa depan dan membuat ia lebih termotivasi untuk belajar disitulah peran masa depan bisa berkontribusi kepada masa lalu seseorang." Sang kakak menjelaskan dengan antusias dan berharap mendapatkan respon yang positif dari sang tante.
Si tante kemudian mengalihkan pandangannya dari layar smartphone yang sejak tadi menyerap seluruh waktu dan - sepertinya juga jiwanya - kemudian menatap dua bersaudara itu dalam-dalam, kemudian berkata "Kalian ini ada-ada saja. Itu adalah pemikiran yang salah. Yang benar adalah masa lalu kita membentuk masa depan. Titik"
Sambil lanjut meraih benda elektronik kotak yang menyerap demikian banyak waktu dan perhatiannya selama beberapa tahun terakhir.
Sang adik dan kakak hanya saling berpandangan dan melempar senyuman penuh arti seakan berkata "hopeless...".
Setiap anak adalah seorang filsuf, jiwa suci yang rindu akan sebuah nilai kebenaran (al haq). Dan perjalanan awal untuk menelusuri jalan pengenalan alam dan dirinya adalah dengan mempertanyakan semua hal. Adalah sang dewasa yang sudah terjerat oleh "rutinitas harian" yang kerap tidak sabar dalam melayani keingintahuan anak yang begitu menggelora. Sehingga ungkapan seperti, "udah jangan banyak tanya!" atau jurus mengalihkan seperti "sudah malam ayo tidur!" secara tidak sadar lambat laun memudarkan pijar daya tafakur dalam diri anak. Setidaknya, kalaupun kita pun tidak mengetahui jawabannya, jujur saja dengan berkata "Wah, mama juga belum tahu, mari kita cari sama-sama jawabannya.". Apapun itu jangan sampai api semangat anak dalam mencari kebenaran padam. Seperti sang maestro seni Picasso katakan, "Setiap anak terlahir menjadi seniman. Masalahnya adalah bagaimana untuk menjaga jiwa seni sang anak hingga ia dewasa.". Anak-anak kita - termasuk kita sendiri - terlahir sebagai filsuf, kita cinta kebenaran dan jiwa kita akan selalu mencari informasi tentang Sang Al Haq yang tak jarang harus didapatkan dengan mempertanyakan sebuah konsep kebenaran yang sedang kita genggam per saat ini. Karena kebenaran yang diyakini di satu hari bisa jadi berhala di hari lain. Benar kiranya apa kata Socrates, "A life that is not questioned is not worth living."
(Referensi : "Every child is a philosopher". Dr. Bahar Eris. Seorang akademisi dan penulis yang memperdalam pendidikan dan perkembangan bakat pada anak-anak. Associate Professor di Bahcesehir International University, Turki.)
No comments:
Post a Comment