Apa episode dalam hidup yang paling membuat Anda menyesal?
Lantas, bagaimana Anda menyikapinya?
Lantas, bagaimana Anda menyikapinya?
Rasa sesal adalah salah satu emosi terbesar yang seorang manusia pernah (atau akan alami). Sebuah survei di Amerika yang melibatkan ratusan orang menyimpulkan ada tiga area dimana orang kerap menimbulkan penyesalan, yaitu berkaitan dengan pendidikan, karir dan hubungan interpersonal. Ketiganya berhubungan dengan kehilangan kesempatan yang bisa jadi merubah jalan hidup seseorang.
Ini menarik, perasaan menyesal karena kehilangan kesempatan untuk melakukan sesuatu ternyata direspon lebih berat oleh tubuh kita dibandingkan penyesalan karena kita telah melakukan sesuatu. Dan Gilbert, seorang ilmuwan yang mendalami tentang kebahagiaan dari Universitas Harvard mempunyai penjelasan tentang ini. Dikatakan bahwa tubuh manusia mempunyai sistem imun psikologis terhadap perbuatan yang kita sesali yaitu dengan mekanisme rasionalisasi. Otak akan merespon rasa tidak nyaman ini dengan melancarkan seribu satu rasionalisasi agar kita bisa menerima episode itu dengan lebih lapang hati dan mencoba menggapai-gapai hal positif dari kejadian itu. Hal ini dilakukan karena tubuh kita tidak mau didominasi oleh emosi negatif berupa penyesalan yang bisa berakibat buruk dalam jangka waktu yang lama. Sebaliknya, apabila seseorang menyesal karena ia seharusnya melakukan apa yang ia luput darinya maka otak kesulitan untuk menghadirkan gambaran tentang sesuatu itu dan berbuat sesuatu dengannya, simply because...there was not any memory there! Selain itu perasaan bersalah bahwa seseorang seharusnya bisa melakukan sesuatu menambah intensitas rasa sesal itu.
Oh, ada satu lagi yang banyak orang amat sesalkan, yaitu menghabiskan waktu, energi dan pikiran untuk mengkhawatirkan sesuatu yang tidak beralasan. Sayangnya banyak orang yang terjebak dalam hisapan lumpur kecemasan akan masa depan ini, sesuatu yang menghambat mereka untuk mengambil "leap of faith" dan mendorongnya keluar dari "comfortable zone" sebagai syarat utama agar jiwanya bisa berkembang.
Sang guru, Jalaluddin Rumi berpesan:
"Run from what's comfortable. Forget safety. Live where you fear to live!"
"Run from what's comfortable. Forget safety. Live where you fear to live!"
So, what stop you?
No comments:
Post a Comment