"Camkan ya nak, tidak ada hal sekecil apapun yang mewujud dalam kehidupan ini yang tidak mengandung hikmah dan kebaikan di dalamnya." pesan sang guru.
"Termasuk perkara perceraian saya wahai guru?" tanya sang murid dengan wajah kebingungan.
"Termasuk perceraianmu."
"Bagaimana dengan boss saya yang menyebalkan itu."
"Termasuk dia."
"Lalu si copet yang mencuri dompetku beserta segala isinya minggu lalu?"
"Itupun sama."
"Juga kemiskinan, peperangan dan kejahatan yang ada di muka bumi?"
"Semua terjadi dalam ilmuNya dan timbangan keadilanNya," jawab sang guru sambil mengangguk.
"Lantas, bagaimana cara kita membaca itu semua hingga dapat menguak hikmahNya?" tanya sang murid penuh rasa penasaran.
"Bagaimana menurutmu cara seseorang mendapatkan intan yang terpendam di dalam perut bumi atau mutiara yang tersimpan di dasar lautan? Ia harus menembus kerasnya lapisan bumi dan menyelami kedalaman lautan. Ada ruang shadr yang melingkupi qalbmu yang harus engkau bongkar habis lapis demi lapis si kerak yang memenuhinya. Sebuah perjalanan ke dalam diri yang paralel dengan gerak menyelami alam kehidupan yang tersaji di hadapanmu hari demi hari. Namun bahkan untuk memulai perjalanan itu engkau membutuhkan pertolonganNya, karena hikmah hanya bisa dibaca oleh akal hatimu dan Dia yang menggerakkan hati manusia di ujung jariNya. Berjuanglah menghidupkan hatimu dengan menghidupkan sabar, syukur, tawakal dan ikhlas dalam keseharian. Hanya dengan cara ini semua kejadian dalam hidupmu; ihwal perceraianmu, perilaku tetanggamu dan kondisi kerjamu akan dibaca sebagai satu kesatuan yang tunggal yang mendatangkan seribu satu manfaat bagi jiwamu."
Tasikmalaya, 2 Januari 2018
6. 37 sore
No comments:
Post a Comment