Wednesday, January 10, 2018

Setiap pencari Tuhan harus berani menghadapi rasa takutnya masing-masing dan berserah diri kepada jalan keluar yang baik yang telah Dia sediakan pada saat yang tepat. Sehingga sang hamba tidak terburu-buru mencari penyelesaian horizontal dengan dorongan ketergesaan yang membuat potensi jiwa mati.
Kepedihan, kesakitan, dan penantian panjang adalah sebuah keniscayaan dalam jalan ini. Demi menyapih sang ego (hawa nafsu) yang demikian menggurita dan tergantung pada alam dunia dimana ia dilahirkan. Karena selama sang ego belum melebur dalam kendali jiwanya, manusia hanya akan terombang-ambing dalam pusaran keinginannya sendiri yang menyesatkan. Sampai kapan? Sampai dunianya kiamat, yaitu saat kematian datang menjelang. Bagaikan ombak yang menyapu istana pasir di tepi pantai.
Tak ada kelahiran yang bebas dari rasa sakit.
Tak ada proses pengasuhan tanpa rasa lelah yang kadang terasa meremukkan tulang dan membuatmu lemah bahkan hanya untuk sekadar berdiri.
Tapi inilah jalannya.
Jalan untuk meraih kebahagiaan sejati yang abadi.
"Manusia harus dilahirkan dua kali untuk mencapai alam malakut" pesan Nabi Isa as.
Kelahiran kedua adalah kelahiran sang jiwa dari cangkang raganya. Sebagaimana Musa as yang membebaskan Bani Israil dari penjajahan Fir'aun.
Fir'aun dalam diri, itulah sang ego, sang hawa nafsu. Sesuatu yang dikatakan Nabi Isa sebagai "Penghalang terbesar antara seorang hamba dan Tuhannya."
Maka rasa takut, tidak puas dan keluhan manusia yang panjang itu berasal dari hawa nafsunya sendiri, adapun jiwa naturnya selalu bersuka cita memakan kehendakNya. Karena apapun yang Dia takdirkan mengandung kebaikan yang banyak. Jiwa yakin betul akan hal ini, adalah sang ego yang belum paham bagaimana pengaturanNya berjalan. Maka kewajiban kita masing-masing untuk berjalan ke dalam diri, mendekati ego dan mengajarinya dengan lemah lembut.
Jangan kaget, engkau akan menghadapi hardikan dan caciannya pada tahap awal, karena sang ego tidak mau kehilangan kendali hidupnya. Lalu di tahap lain sang ego akan mengemukakan berbagai argumen yang tampaknya tak terpatahkan. Kemudian di tahap lanjut sang ego akan seolah-olah mengikuti keinginanmu akan tetapi engkaulah yang sedang ia kendalikan. Maka jangan anggap remeh kemampuan egomu karena ia adalah jihad terbesarmu. Hadapi terus dengan seluruh kekuatan yang tersisa. Lebih baik remuk diri di jalan kembali kepadaNya dibanding bersuka cita dalam jalan yang menjauhiNya. Yakinlah akan pertolonganNya, Dia yang berjanji “Janganlah kamu takut, sesungguhnya Aku ada bersama-sama kamu Aku Mendengar dan Melihat segala-galanya." (QS Thahaa: .46)

Amsterdam, 10 Januari 2018
3.33 dini hari

No comments:

Post a Comment