Sebenarnya pandangan akan adanya 'gaji tetap' atau pendapatan yang terukur dari adanya deposito, saham, usaha dan lain-lain adalah ilusi yang bisa mencederai tawakal seseorang kepada Allah. Memang natur hawa nafsu manusia selalu menginginkan 'yang pasti-pasti'. Padahal kepastian hanya ada di tanganNya. Sebaik apapun seseorang membentengi kehidupannya setidaknya ada tiga variabel kehidupan yang di luar jangkauannya. Pertama adalah sakit yang dengannya kekayaan sebanyak apapun tidak dapat dinikmati penuh, kedua adalah kondisi lingkungan jika terjadi bencana alam atau peperangan maka harta benda yang ada menjadi relatif tak bernilai, dan variabel yang bisa memutus seseorang dari semua kenikmatan hidup yaitu kematian.
Ada alasannya Rasulullah bersabda bahwa "Sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada dalam perdagangan (tijaroh)". Karena mentalitas utama seorang pedagang sesungguhnya terletak pada rasa tawakalnya. Bayangkan kita sebagai penjual yang keluar di pagi hari berkeliling menjajakan dagangannya, atau membuka lapak di pasar. Tidak ada satu pun yang tahu pasti berapa pendapatan yang akan ia terima di hari itu. Kadang ia pulang dengan membawa hasil dagangan yang terjual habis, di lain waktu ia harus menutup hari dengan sisa dagangan yang menumpuk. Mentalitas seorang pedagang membuat lisannya berdoa setiap pagi "Ya Allah berikan kepadaku rezekiku di hari ini." Doa itu yang melambungkan keimanannya dan mengguncangkan langit hingga menurunkan hujannya berupa rezeki-rezeki batin. Karena kalau rezeki lahiriyah itu sudah dikadar, terbatas setiap orang akan diberi sesuai pembagian jatahnya yang telah dituliskan saat ia masuk ke rahim ibu pada usia janin 120 hari. Adapun rezeki batiniyah itu tak terbatas jumlahnya karena bersumber dari Sang Maha Ilmu. Rezeki batiniyah itu yang dapat membantu seseorang membaca kehidupan hingga berkurang kebingungannya, yang dapat meneguhkan seseorang manakala harus menghadapi musibah, yang menguak informasi perihal kejatidiriannya, dan yang memberikan visi bagi kehidupannya.
Inilah sesungguhnya kekayaan sejati yang patut diperjuangkan oleh setiap orang. Agar manusia tidak dibuat murung oleh pengkadaran Ilahiyah, tidak dibuat gelisah oleh dinamika kehidupan yang kerap tak mampu dicerna oleh akalnya. Kunci membuka khazanah itu diantaranya dengan tawakal. "Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya”. (QD Ath-Thalaq : 3) Yaitu yang mencukupinya, Ar-Robi’ bin Khutsaim berkata : Dari segala sesuatu yang menyempitkan (menyusahkan) manusia. (HR Bukhari). Lebih yakin dengan apa yang di tangan Allah dibandingkan ikhtiar dirinya sendiri. Karena "Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya”. (QS Az-Zumar : 36)
Bandung, 26 Desember 2017
00.54 dini hari
No comments:
Post a Comment