Wednesday, June 13, 2018

Ada seorang perempuan sholihah mendatangi Sunan Gunung Jati dan menawarkan dirinya agar diperistri oleh beliau. Sang Sunan lalu berkata, "Iya, engkau istriku, tapi tidak akan terjadi di bumi ini melainkan di akhirat nanti."

Ajaran Islam kental dengan visi akhirat, bahkan shaum yang kita lakukan pun dalam hadits dikatakan "Bau mulut orang berpuasa lebih wangi dari wangi minyak kesturi." Artinya seorang muslim diajak menjadi seorang mukmin dan bahkan seorang muhsin agar tidak terperangkap dalam segala keterbatasan dunianya kekiniannya masing-masing dan memiliki visi jangka panjang.

Semua toh dalam kendali Ilahiyah, tidak ada satu daun pun jatuh yang luput dari pengetahuan-Nya. Apalagi takdir kehidupan manusia yang dimana setiap diri berpotensi besar menjadi ruang tajalli Allah di dalam qalbnya masing-masing, mustahil tidak Allah atur betul. Visi akhirat ini penting dihayati, seperti halnya bagaimana kita merenungkan hadits Rasulullah saw berikut:

Umatku ini adalah umat yang dirahmati Allah (ummatun marhumah), yaitu dengan tidak akan ditimpakan azab terhadap mereka di akhirat kelak. Adapun azab yang menimpa mereka terjadi di dunia ini, yaitu berupa fitnah-fitnah, kegoncangan-kegoncangan, peperangan, dan musibah-musibah.

(HR. Abu Dawud)

Yaitu memahami peran umat Muhammad Saw sebagai umat yang pembersihan dirinya dilakukan kontan di dunia agar tercegah dari azab yang lebih menyakitkan di alam berikutnya. Akan tetapi konsekuensinya bisa jadi menjadi tertimpa fitnah seperti yang tengah terjadi sekarang dimana ajaran Islam berada dalam fitnah yang keji, bisa jadi digoncang oleh kemiskinan, digoncang oleh kesulitan mendapatkan jodoh atau keturunan, oleh 'peperangan' dalam rumah tangga dan keluarga atau mendapat musibah sakit. Akan tetapi tidak ada satupun rasa sakit dan jerih payah yang sia-sia,

“Tidaklah seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulana hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya”. (HR. Bukhari no. 5641).

Agar manusia menjadi tenang hatinya bersandar pada janji Allah yang pasti terlaksana. Karena apa-apa yang luput kita dapatkan di dunia ini insya Allah akan didapatkan di alam berikutnya. Kuncinya bersabar menunggu ketetapan-Nya. Insya Allah. []

No comments:

Post a Comment