Sewaktu praktik menjadi dokter dan melayani ribuan pasien tidak pernah sekalipun seseorang datang mengeluhkan suatu penyakit kemudian melempar kesalahan kepada penyebab sakit itu. Misal "ini gara-gara sayur otak kemarin saya jadi pusing begini dok!" Paling, sang pasien akan introspeksi bahwa karena ia makan sesuatu yang sebenarnya tidak pas untuk kondisi tubuhnya, sehingga kolesterolnya melangit misalnya. Jadi tidak pernah mereka datang lalu marah-marah sama bakteri anu, virus itu, atau sel tertentu yang membuat kesehatannya bermasalah.
Mengapa? Karena mereka merasa dirinya sakit dan fokus ingin sembuh, maka mereka berobat ke dokter. Kemudian pasien yang baik adalah yang mencari tahu ihwal mengapa mereka sakit dan sebisa mungkin mencegah ia menderita penyakit yang sama.
Demikian juga untuk merawat penyakit hati (qalb), hal yang pertama kali harus terbuka untuk mendapat kesembuhan adalah kesadaran bahwa hati sedang dilanda penyakit yang bermacam-macam: iri dengki, mudah mengeluh, tidak sabaran, terburu-buru, ingin beken, gampang marah, susah memaafkan, menyimpan dendam, bangga diri, merasa diri lebih hebat, pelit, mudah khawatir dan trilyunan lagi macam penyakit hati yang harus diidentifikasi.
Untuk mengenal semua penyakit hati yang halus itu Allah menurunkan pertolongan-Nya yang berupa cermin kehidupan canggih yang melingkupi kita masing-masing. Setiap hari kita akan dipaparkan oleh bayangan yang berbeda di cermin yang timbul oleh para aktor yang berlainan, kadang lewat pasangan yang membuat hati galau, hari lain lewat kelakuan anak-anak yang bikin jengkel, di saat lain oleh keluarga yang membuat mengelus dada, pun tak jarang oleh interaksi di pekerjaan, kantor atau di jalan raya. Semua dinamika itu akan memunculkan emosi tertentu di dalam hati.
Lonjakan emosi yang berlebihan dan tidak tepat itu tanda hati kita sedang sakit. Jangan dianggap enteng. Karena kita tidak tahu kapan ajal menjemput, lalu jika beralih ke alam berikutnya masih membawa cinta dunia, takut mati, dan ratusan kegelisahan dan kegalauan hati maka semua itu hanya akan menjadi bahan bakar api yang hanya menyambar elemen-elemen yang tidak seharusnya ada di dalam hati seseorang.
Dunia akan selalu menguji kita, itu memang naturnya. Orang yang cerdik akan waspada dan menjadikan fenomena yang melintas sebagai bahan introspeksi diri alih-alih menunjuk hidung orang dan menyalahkannya.
Seperti pasien yang ingin sembuh, ia akan fokus mencari kesembuhan penyakitnya. Tidak membenamkan diri menyalahkan semua perantara pembawa seluruh penyakit tersebut dalam jurang dendam, kekesalan dan emosi yang tak ada ujungnya.[]
( 1 September 2018)
No comments:
Post a Comment