"Kamu harus gagah menghadapi kehidupan", kata guru saya.
Bukan berarti harus pake jaket kulit, kaca mata hitam dan jalan kaya jagoan. Tapi saat takdir menjelang, terutama yang menyakitkan, jangan gampang mengeluhkan keadaan, jangan melempar kesalahan kesana-sini alih-alih introspeksi dimana hijab hati yang mengundang ujian tersebut.
Medan pertarungan yang sesungguhnya ada di dalam hati masing-masing. Badan boleh sakit-sakitan, perasaan boleh remuk, keadaan bisa dibuat gunjang-ganjing. Tapi saat hati sang jiwa tenang (muthmainnah), itulah kemenangan yang sejati. Dibandingkan hidup nampak melimpah dari luar, mewah tak terkira, mengundang decak kagum orang, tapi hati kosong dari Tuhan. Tetap saja ia hanya menghabiskan usia melompat dari kebahagiaan semu yang sesaat runtuh ke kebahagiaan semu lain yang tak akan bertahan lama. Karena hati setiap manusia sudah didesain seperti ini letak bahagianya:
"Ingatlah, hanya dengan dzikir kepada Allah hati menjadi tenang." (QS Ar Ra'd:28)
Gagah itu watak seorang ksatria. Ciri utama seorang ksatria adalah mereka yang mampu menundukkan hawa nafsunya.
Saat adzan berkumandang,
Hawa nafsu akan bilang "aduh tanggung nih pekerjaan sedikit lagi."
Hilanglah waktu utama beraudiensi dengan Allah di awal waktu.
Hawa nafsu akan bilang "aduh tanggung nih pekerjaan sedikit lagi."
Hilanglah waktu utama beraudiensi dengan Allah di awal waktu.
Saat dapat bonus.
Hawa nafsu akan cenderung memberi seribu satu alasan untuk menghabiskan sebagian besar porsi uang itu untuk membeli barang yang meningkatkan prestige, apalagi kalau jelang Lebaran. Kan biar bisa pamer.
Hilanglah kesempatan membawa harta itu menjadi kekal di hadapanNya dengan berinfak.
Hawa nafsu akan cenderung memberi seribu satu alasan untuk menghabiskan sebagian besar porsi uang itu untuk membeli barang yang meningkatkan prestige, apalagi kalau jelang Lebaran. Kan biar bisa pamer.
Hilanglah kesempatan membawa harta itu menjadi kekal di hadapanNya dengan berinfak.
Saat anak atau pasangan bertingkah.
Hawa nafsu inginnya "show of power" dengan berteriak dan marah-marah.
Tinggallah pasukan setan tertawa riang karena sukses memancing hal yang buruk dalam diri agar keluar.
Hawa nafsu inginnya "show of power" dengan berteriak dan marah-marah.
Tinggallah pasukan setan tertawa riang karena sukses memancing hal yang buruk dalam diri agar keluar.
Jadi, gagah dalam kehidupan itu bukan yang petantang-petenteng. Justru kebalikannya. Dia yang tenang, tidak mudah terpancing emosi, yang lembut, santun dan memancarkan sifat-sifat Ar Rahman. Semoga...
- Amsterdam, 9 September 2018
No comments:
Post a Comment