Saturday, November 23, 2019
PELAJARAN DARI GIGI SUSU YANG TANGGAL
Pagi ini anakku menunjukkan gigi susu keduanya yang tanggal dengan bahagia. Sudah berminggu-minggu dia goyang-goyangkan dalam ritual paginya. Aku ingat dua gigi susu yang lebih dulu tumbuh di awal waktu, saat dia mendekati usia 6 bulan – usia saat pencernaannya siap menerima makanan lunak. Sekarang, setelah bertugas sekitar 7 tahun lamanya, sang gigi susu “mengundurkan diri”. Ia melepaskan dirinya untuk memberi tempat bagi gigi tetap yang akan mengemuka.
Demikian tubuh kita bekerja dalam harmoni mengikuti sunatullah, dengannya kita bisa nyaman berkarya dalam kendaraan raga ini. Gigi susu tahu kapan harus tanggal dan tidak ngoyo mempertahankan posisinya. Kulit ari tahu kapan harus mengelupas dan tidak “susah move on” lengket terus di permukaan kulit. Semua sel dalam tubuh kita pun rata-rata berusia 40 hari mati agar diganti dengan sel-sel baru yang lebih segar. Maka sejak zaman nabi-nabi dulu ada ritual puasa 40 hari dengan harapan setelah itu jiwa dan raganya tertransformasi menjadi baru dan lebih suci.
Kembali ke gigi susu tadi, secara struktur dia punya bentuk yang berbeda dengan gigi permanen. Lapisan enamel gigi susu lebih tipis karena fungsi mengunyahnya tidak seberat fungsi gigi permanen. Juga bentuk akar gigi susu lebih pendek dengan desain sedemikian rupa agar ia mudah dicabut jika saatnya tiba untuk lepas. Dengan membaca aspek fisik yang Allah hadirkan dalam hidup kita pun mestinya bisa membaca takdir yang tengah kita hadapi jalannya kemana, termasuk perkara penting untuk menelaah dan mengenal siapa diri kita yang sebenarnya dan apa misi hidup kita yang sejati. Wallahua’lam.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment