Friday, November 15, 2019
Ada suara nan halus di dalam diri setiap manusia yang masih hidup hatinya. Suara itu berasal dari suara Ilahiyah, sesuatu yang menyerukan kepada kebenaran dan keselamatan. Dia dinamakan “nurani”, dari kata Arab “nuur” yang berarti cahaya.
Sesuai dengan julukannya, nurani ini berfungsi membimbing manusia kepada jalan-jalan setapak yang bercahaya. Dalam kegelapan hutan rimba kehidupan, Allah membantu membimbing semua manusia dengan cara menghembuskan petunjuk-Nya melalui nurani ini.
Adalah nurani yang berkata, “engkau curang!” Saat melebihkan pengeluaran biaya dinas agar bisa mendapat reimburse yang lebih besar.
Adalah nurani yang berbisik, “engkau sombong!” Saat merasa gaya melengos mengendarai mobil mewah dan mengenakan pakaian yang mahal.
Adalah nurani yang menasihati, “engkau mengalahlah!” Saat ego menyeruak ingin menang.
Dalam tataran interaksi dengan sesama, nurani pun membimbing dengan sangat teknis.
Adalah nurani yang menyeru, “sudah, istirahat dulu, beri waktu untuk keluargamu!” Saat kita sedang tenggelam dalam suatu pekerjaan.
Adalah nurani yang membimbing, “minta maaflah!”Saat kita sudah terlanjur marah besar terhadap pasangan atau anak yang jelas di mata kita melakukan kesalahan.
Adalah nurani yang menegur, “jangan pelit!” Saat logika kita menolak memberi seorang peminta di jalanan dengan seribu satu alasan.
Nurani adalah saluran halus tempat Tuhan berkomunikasi dengan mereka yang betul-betul membutuhkan panduan-Nya. Karena jika nurani sering diabaikan bahkan dibungkam, maka lama kelamaan dia akan mati. Dan manusia menjadi hanya dikendalikan oleh nafsunya semata. Sesuatu yang Allah firmankan dalam Al Quran sebagai “kal an’aam…” (QS Al A'raaf:179) menjadi seperti binatang. Na’udzubillahimindzaliik…
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment