Hidup itu bagaikan denyut jantung. Ia memiliki irama dan masing-masing irama memiliki fungsinya tersendiri. Untuk bisa berfungsi dengan baik, jantung harus mengosongkan dirinya terlebih dahulu agar darah bisa mengalir masuk ke dalam billik-biliknya untuk kemudian diteruskan ke tempat-tempat peruntukannya. Dan ia harus terus berdenyut. Jantung tidak menahan isinya. Ia terus mengalirkan.
Kita pun harus punya saat ketika diri dikosongkan. Kosong sesaat dari rencana masa depan. Kosong sesaat dari keinginan yang selalu menggunung. Kosong sesaat dari hawa nafsu dan syahwat yang senantiasa menggurita.
Tidak mudah untuk bisa “kosong” itu. Maka Allah bantu dengan “dikosongkan” kehidupannya. Apa-apa yang terlampau menyibukkannya tiba-tiba diambil. Bisnis dibuat bangkrut. Rumah tangga dibuat bermasalah. Anak dibuat berulah. Dia tak pernah kehabisan akal untuk menurunkan “rencana pengososngan” kepada milyaran manusia sedunia. Dan setiap orang dibimbing dengan jalan yang unik. Disesuaikan dengan kapasitas dirinya masing-masing. Karena Allah tidak pernah menzalimi ciptaan-Nya.
Tubuh kita akan sehat jika jantung berdenyut dalam ritme normalnya. Jika terlalu lama kontraksi atau terlalu lama relaksasi bisa biru wajah kita dibuatnya, bahkan mati. Hidup juga begitu. Berjalan saja. Berdenyutlah mengikuti ketukan irama semesta. Ada saatnya kita memberi dan ada saatnya kita menerima. Ada saatnya kita di tengah keramaian dan ada kalanya kita harus mendera sepi. Ada saatnya kita dalam kecukupan dan ada masa dimana kita dalam kesempitan. Apapun itu, terima saja dengan suka cita. Berdenyutlah. Jangan terlalu tegang tapi jangan pula terlalu relaks. Semua harus dalam keseimbangan yang baik.
Bicara tentang keseimbangan ini. Kalau boleh jujur kita sebenarnya tidak tahu bagaimana membuat keseimbangan dalam kehidupan kalau Dia tidak menuntun. Bukankan hawa nafsu kita cenderung tergesa-gesa dan cenderung sesat jalannya? Maka keseimbangan kita raih dengan mengikuti denyut Ilahiyah yang disetel dalam ritme shalat. Setidaknya, sekuat mungkin jaga awal waktu shalat. Karena itu adalah hal yang paling Dia cintai. Dia ada disana. Right on time. Saat adzan bergema. Itulah shiraathal mustaqiim yang kita minta agar ditunjukkan setiap hari itu. Yang lain belum tentu dapat. Setidaknya di awal waktu shalat. Kejarlah!
No comments:
Post a Comment