Mengapa petunjuk-Nya seperti sulit untuk dibaca?
Membaca petunjuk “langit” itu bagaikan mempersepsi pola di langit melalui pantulannya di air danau.
Jika air danau keruh maka biru langit tak akan nampak. Begitu pun jika airnya beriak bayangan yang terpantul menjadi tak jelas.
Danau adalah lambang dada (shadr) kita. Semua kotoran hati seperti amarah, dendam kesumat, iri-dengki, kesombongan, riya, ingin dihormati dll bisa mengeruhkan cermin hati.
Kalaupun airnya bening sekalipun tapi masih bergetar dan belum teguh ketika menghadapi ujian hidup dan berbagai dinamika kehidupan. Maka bayangan tak akan dapat terbaca di permukaan air.
Jika airnya bening dan tenang sekalipun tapi mata yang seharusnya mempersepsi tidak bisa melihat atau buta, maka semua bayangan itu tentu seolah tak nampak. Di sisi lain, kalaupun matanya sehat tapi pikirannya “error”, alih-alih melihat pantulan bayangan di langit apa adanya dia malah terbuai oleh halusinasi dari pikirannya sendiri.
Demikian sulitnya membaca petunjuk Ilahiyah dengan benar. Agar tidak terperangkap dalam jebakan syaithan dan hawa nafsu yang dapat mengaburkan atau menyesatkan kita perlu mohon pertolongan Allah Ta’ala. Siapa tahu Dia kemudian mengirimkan seorang pembimbing dalam hidup kita yang bisa membantu membaca (iqra) petunjuk-petunjuk itu.
No comments:
Post a Comment