Thursday, February 10, 2022

 Ladang Amal


Dulu kalau pulang ke rumah saya lihat bungkus makanan berserakan di rumah lengkap dengan piring, mangkok dan gelas kotor rasanya bergejolak hati.


Namanya hidup berumah tangga harus tepo seliro dengan kebiasaan suami. Yang biasa ninggalin kaos kaki keleleran sana sini, berbeda cara melipat baju, beda cara menata alat-alat makan di dalam mesin pencuci piring. Benar apa yang pernah saya baca dalam sebuah artikel bahwa pertengkaran dalam rumah tangga biasanya muncul dari hal yang kecil-kecil begitu. Sesimpel perbedaan cara menggulung odol🤷‍♀️


Tentang mengerjakan urusan rumah tangga, saya sempat terpengaruh dengan imbauan kaum feminis - terutama di Barat yang menggembar-gemborkan "Bagi rata urusan pekerjaan rumah tangga! Laki dan perempuan harus sama porsinya!" Tapi gara-gara itu perasaan saya sempat tak karuan karena punya ekspektasi tinggi bahwa suami harus mengerjakan sebagian pekerjaan rumah tangga. "At least, clean up your own mess!" Begitu sindir saya kalau bekas-bekas makanan dan piring kotor mulai berserakan. Sebenarnya tidak ada masalah dengan konsep ini jika diutarakan dengan tanpa emosi. Tapi pada kenyataannya emosi itu ada, berarti ada harapan yang tak tercapai. 


Lalu saya mulai merenung, kalau masalah sepele sehari-hari ini saja bisa demikian menguras emosi dan memadamkan kehangatan di rumah tangga, rasanya tiba saatnya untuk mencari cara pandang yang baru. It's just simply doesn't work for me.


Kemudian suatu saat saya bermimpi bertemu almarhum Nenek saya, seorang figur perempuan kuat, tahan banting dan senantiasa tersenyum menjelang kehidupan sesulit apapun. Beliau seperti memberi pesan, "Yang penting ikhlas" Kalimat yang tampaknya klise karena sering didengar, tapi entah kenapa saat itu demikian menghunjam di hati. Dan setelah itu saya berdoa kepada Allah agar diberikan hati yang ikhlas. 


Sekarang kalau saya melihat fenomena yang sama yaitu rumah berantakan, saya tidak lalu misah-misuh. Tentu tetap saya komunikasikan baik-baik, tapi bukan dengan nada judgmental. But most of the time, sudahlah saya bereskan saja diam-diam karena sekarang saya melihat itu sebagai sebuah ladang amal. Sebuah tawaran investasi yang disodorkan di hadapan mata. Sekarang saya sudah bisa tersenyum menghadapi situasi yang serupa. Alhamdulillah😊


#renungan emak2

No comments:

Post a Comment