"If you don't have it you cannot share it"
Begitu kata orang bijak.
Tapi memang masuk akal, bukankah kita hanya bisa berbagi apa yang kita miliki atau setidaknya apa yang ada di tangan kita?
Saya ingin berbicara berbagi tentang hal-hal yang bersifat imateri seperti kebahagiaan, ketenangan, kesabaran dll. Tentang kesabaran ini, guru pertama saya yang mengajarkan tentang KESABARAN adalah almarhum nenek saya yang biasa saya panggil Mbah Ti, singkatan dari Mbah Putri. Di mata saya beliau sosok yang sangat penyayang, selalu tersenyum, senantiasa hangat kepada cucu-cucunya. Padahal yang saya dengar perjuangannya tidak ringan. Beliau dulu menikah dengan almarhum kakek saya, seorang duda beranak satu, kemudian dikaruniai 12 orang anak dan hidup dalam kesederhanaan.
Ada suatu kisah di zaman pasca perang dimana suplai sembako dijatah oleh pemerintah dan kakek saya bekerja serabutan. Pernah suatu waktu Mbah Ti menyiapkan makan malam untuk semua anak dan suaminya dengan berbekal 2 butir telur saja. Tapi Mbah Ti tak kurang akal, beliau campur dua butir telur itu dengan tepung dan air hingga menjadi banyak dan semua orang bisa tidur tanpa kelaparan malam itu.
Itu hanya satu dari sekian kesabaran yang ditampilkan oleh Mbah Ti. Beliau seorang yang penyayang, tak pernah membeda-bedakan kasih sayang antara anak tiri dan anak kandung. Sedemikian rupa hingga Pakde saya yang merupakan anak tiri beliau merasa demikian dekat dan dikasihi. Maka ketika saatnya tiba Yang Ti wafat, diantara anak-anaknya malah justru Pakde saya itu yang menangis sedih sedemikian rupa hingga memeluk pusaranya sebelum akhirnya kami beranjak meninggalkan tanah kubur tempat jasad beliau diistirahatkan.
Yang Ti memang loveable. Beliau mengajarkan apa itu sabar kepada anak cucunya tanpa pernah mengutarakan dalih dan tanpa banyak bicara. Simply just becoming herself. Nampaknya karena karakter kesabaran sudah Allah tanamkan dalam dirinya, sebab itu beliau bisa menyebarkan kesabaran tersebut ke sekitarnya. Al Fatihah untuk Mbah Ti
No comments:
Post a Comment