Thursday, February 15, 2018

Saat TitipanNya Dia Ambil

"Aku ingin pulang saja ke tanah air. Aku sudah habis, tidak punya apa-apa di sini..." Pikirnya sambil memasukkan satu persatu pakaian ke dalam koper yang sudah lama tak dipakainya.

Bapak ini sudah lebih dari sepuluh tahun tinggal di Belanda, memulai karir dari cleaning service di hotel hingga bisa membuka usaha makanan sendiri. Akan tetapi usahanya bangkrut karena tertipu bisnis siluman, dia pun kehilangan seluruh asetnya. Kesulitannya tidak berhenti di sana, sang istri yang memang sudah memiliki kekasih gelap sejak lama meninggalkannya setelah mengetahui gelagat bisnis bapak ini akan kolaps.

"Untung kami tidak punya anak, sehingga aku tidak perlu berurusan dengan perempuan itu lagi!" ujar si bapak dengan getir, rasa sakit harus ia bawa menerjang badai kehidupan ini.

Seorang teman dekat yang baik hati menawarkan kamar sepetak untuk dia tinggal sementara. "Tinggal saja kau disini sampai kau punya kesempatan untuk pulang. Jangan risaukan tentang pembayaran, kalau kau punya silakan kalaupun tak punya rumah ini selalu terbuka untukmu."

Berbekal koneksinya dengan sekian orang bapak ini mencari pekerjaan, apapun untuk bisa membantu menutupi hutangnya dan membeli tiket pesawat untuk pulang ke pulau Jawa. Sang teman yang budiman pun memberikan pinjaman sebuah sepeda tua yang bisa ia pakai keliling kota Amsterdam, demi menghemat ongkos yang mahal.

Hari demi hari bapak ini menjalani dengan tabah keadaannya, bayangan untuk pulang ke kampung halaman berkumpul dengan keluarganya selalu berhasil memompa semangat yang kadang pudar digerus oleh lelahnya mengais rezeki seharian.

Minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun, tak terasa lima tahun sudah sang bapak bekerja keras siang dan malam. "Kalau saya kerja saya jadi ngga stress,"tuturnya. "Justru kalau sedang diam lalu memikirkan masa lalu, hati malah jadi galau, amarah yang ada malah menghancurkan kesehatan saya. So i learn to let go..."

Bapak ini dikenal amanah, terpercaya dan baik hati. Saking baiknya sampai ia tertipu berkali-kali oleh orang yang sama karena ia tak tega menolak ajakan bisnisnya. Gaji pertama yang ia dapat sebagian disisihkan untuk membayar biaya listrik dan air di tempat temannya itu. Beliau betul-betul menggunakan semua yang dipinjamkan kepadanya dengan amanah.

Singkat cerita, bapak ini sudah berada di kampung halamannya saat ini, berkumpul dengan keluarganya dan bahkan tak lama lagi akan mempersunting seorang janda shalihah dari kampungnya. Apa yang diambil dari seseorang memang akan diganti dengan yang lebih baik dariNya.

-----

Kita kadang kerap mengeluhkan keadaan, keinginan yang belum terkabul, kehidupan yang ini dan itu. Padahal kalau kita mau melihat di sekitar tidak sedikit yang harus menanggung beban kehidupan yang lebih berat dan mereka tidak menyerah dengan kondisi yang ada. They are a true fighter of life.

Apa yang kita miliki memang sekadar titipan yang bisa Dia ambil kapanpun, caranya bisa lewat apa saja. Seperti bapak itu yang tiba-tiba kehidupannya amblas dalam sekejap.

Harta kita hanya pinjaman dari Nya, tubuh ini dengan segala kemampuannya pun hanya sesuatu yang Dia pinjamkan dan pelihara setiap saat. Iman dan keyakinan juga sesuatu yang diberikan dan dapat diambil setiap saat jika kita tidak amanah, semudah mencabut rambut dari tepung, kata sang Nabi.

Bapak tadi juga sadar bahwa yang namanya pinjaman harus dikembalikan dan diminta pertanggungjawaban. Strateginya jitu, menggunakan barang-barang pinjaman untuk bekerja hingga akhirnya beliau bisa pulang ke kampung yang ia dambakan.

Kita pun sebenarnya musafir, sekadar singgah sesaat di dunia ini. Kampung kita akan dijelang di depan dalam waktu yang sungguh tak lama. Kalau seseorang yang bepergian lintas negara bisa demikian serius mempersiapkan diri, maka bagaimana mungkin kita yang hanya sementara mengendarai kendaraan jasad di bumi ini bisa bersantai sementara usia senantiasa berkurang setiap kita menghembuskan nafas.

Terima kasih bapak sudah berbagi kisahnya, mengajari tidak dengan bahasa yang menggurui tentang kesabaran, , ketangguhan, bersifat amanah, syukur dan mempersiapkan diri untuk kampung akhirat yang di depan mata.

No comments:

Post a Comment