Monday, October 28, 2019
Suka dapat curhatan dari beberapa orang yang melaporkan keadaan pasangannya yang belum taat beragama. Saya paham kebingungan yang dialami. Keheranan yang sama pun pernah Rasulullah lontarkan, misalnya saat seorang muslimah menikah dengan orang yang zalim (alias belum bertaubat). Karena dalam Al Quran jelas ayatnya:
"Perempuan-perempuan yang keji adalah untuk laki-laki yang keji...perempuan-perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik." (QS An Nuur:26). Ada prinsip kesetarafan dalam pernikahan.
Jadi bagaimana membacanya?
Yakini dulu, Allah pasti punya urusan. Bukankah semua yang terjadi dalam rancangan dan kehendak-Nya?
Artinya kalau Dia mengizinkan sesuatu terjadi pasti banyak hikmah dan kebaikan di dalamnya yang harus digali. Karena Dia tidak mungkin main-main mencipta sesuatu dan tauhid kita mengatakan bahwa Dia tidak pernah gagal dalam mencipta. Itu jaih dari sifat-Nya.
Mursyid saya pernah memberi batasan dalam perkara ini, yaitu selama pasangan tidak melarang kita untuk sujud kepada Allah, ya jalan terus. Bismillah. Syukuri semua yang ada dan sikapi dengan sebaik-baiknya. Pede saja, jangan terhanyutkan oleh bisikan ini-itu. Situasi ini sebenarnya urusan antara kita dengan Dia. Kita harus berjalan mengimani yang gaib, ketidakpahaman, dan ketidakmengertian. Tidak apa-apa, be okay with it, serahkan semua itu kepada-Nya. Dengannya kita menjadi belajar menggenggam tangan-Nya dan tawakal penuh hanya kepada Allah. Sungguh ini sebuah rahasia Allah yang cepat atau lambat akan disingkapkan hikmahnya. Just be patient and make the best out of it๐
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment