Thursday, August 13, 2020

 Patience is seeing Creator in the wound.

- Jalaluddin Rumi


Kehidupan tak luput dari luka-luka. Hati terluka karena perkataan atau sikap seseorang, perasaan tercederai oleh situasi yang tidak kita sukai, atau tak jarang rasa tergerinda karena pikiran dan persepsi kita sendiri terhadap sebuah keaadaan.


Kata orang, "You don't always get what you want." Kita paham betul itu. Yang belum kita mahir melakoninya adalah bagaimana merespon situasi yang menyakitkan. Karena kalau respon hati masih menyerang balik, making a scene, atau selalu mencari cara agar segera keluar dari situasi itu maka sesungguhnya itu masih respon primitif laiknya seorang anak kecil yang merengek-rengek jika apa yang dia inginkan tak didapatnya.


Bedanya rengekan seorang dewasa tidak lagi dengan ekspresi yang sama dengan tangisan spontan seorang anak kecil. Cara orang dewasa "merengek" adalah dengan mengeluarkan kata-kata kasar dan menyakitkan, panik mencari jalan keluar dari situasi yang dia tidak sukai atau menyalahkan apa-apa yang ada di sekitarnya hingga menghembuskan sekian banyak hawa keluhan panas baik yang diucapkan atau yang beredar di hati atau pikirannya.


Apapun itu yang namanya "rengekan" mendatangkan ketidaktenangan bagi diri maupun  lingkungannya.


Agama dihadirkan oleh Sang Pencipta agar membimbing manusia menemukan kedamaian yang hakiki bahkan di tengah amuk badai kehidupan sekalipun. Itu ajaib.


Adapun agama dibangun oleh tiga pilar yaitu berserah diri (al islam), keyakinan (al iman) dan al-ihsan, sebuah kualitas hati yang memaandang bahwa Allah dan dirinya sangat dekat hingga Allah mengetahui seluruh gerak geriknya lahir dan batin. Tiga pilar ini jika telah tertanam kokoh dalam diri seseorang maka apapun yang terjadi dalam hidupnya terutama hal yang menyakitkan akan lebih mudah ia berdamai menjalaninya karena ia sadar bahwa tidak akan mungkin seekor nyamuk menggigit kulitnya, sejasad virus memasuki tubuhnya dan menimbulkan penyakit ataupun seseorang membuat manuver tertentu yang membuatnya pusing kepala jika semua itu Allah izinkan.


Orang beriman akan meyakini bahwa semua hal yang Allah izinkan pastilah memiliki kebaikan dan menyimpan khazanah hikmah yang banyak. Sehingga ia tidak terjebak memandang sesuatu hanya secara superfisial semata. Kesadaran bahwa segala sesuatu ada dalam kendali-Nya membuat hati orang beriman tenang. Karena Allah pasti hanya memberi yang terbaik. Itu akhlak-Nya. Perkara kita belum melihat kebaikan itu saat ini, itu hal yang harus kita istighfari karena akal hati yang terhijab tidak akan mampu menjangkau hikmah.


Akhirnya payung kesabaran akan mengembang di dalam diri seorang yang dikaruniai tiga pilar kokoh agama itu; keberserahdirian (islam), iman dan ihsannya membuat ia mampu melihat semua yang hadir adalah dari-Nya, semua yang mewujud adalah terhubung kepada-Nya. Dan hanya dengan mengingat-Nya hati menjadi tenang...

No comments:

Post a Comment