Friday, August 7, 2020

 Kalau boleh jujur kita ini sebenarnya kan tidak berdaya mengatur kehidupan ini. Tidak berkutik mengatur sekadar keluarga kecil kita. Jangankan itu, mengatur diri sendiri saja masih pontang-panting. Mulai dari raga saja kita sebenarnya tidak tahu apa-apa selain yang tampak di permukaan kulit. Paling banter ya bisa olah raga, makan sehat dan live a healthy life.


Kalau mau jujur siapa coba yang mengatur ritme detak jantung sehingga ia bisa berdenyut dengan baik 100ribu kali dalam sehari, 35 juta kali dalam setahun dan rata-rata manusia didetakkan jantungnya sebanyak 2,5 milyar kali sepanjang hidupnya.

Lalu siapa pula yang mengaturkan nafas kita yang sebanyak 20ribuan kali sehari itu. Yang memastikan oksigen yang kita hirup masuk ke pembuluh darah untuk ditransportasikan ke semua sel di dalam tubuh.

Di dalam semesta tubuh kita saja banyak mekanisme alamiah yang tanpa sadari kita nikmati. Kita enak saja memakai tubuh ini, bahkan kerap salah pakai sambil lupa sekadar berucap syukur dan terima kasih kepada Dia yang meminjamkannya dan mengaturkan semua komponen tubuh ini.

Jadi, dari tataran ragawi saja kita sudah mutlak bergantung kepada Dia Yang Maha mengaturkan semuanya. Belum lagi semesta kita, keluarga, pekerjaan, tetangga dll yang kita kerap dibuat sesak nafas dan ‘makan ati’ dengan segala dinamika yang ada. Kita betul-betul membutuhkan pertolongan-
Nya untuk menjaga keluarga kecil kita dari fitnah, untuk merawat dan menjaga anak-anak kita, untuk melancarkan pekerjaan dan usaha kita, untuk melapangkan kesempitan hidup kita dll.

Tapi apa kunci seseorang ditolong oleh Allah? Dalam surat Muhammad ayat 7, Allah Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” . Ada kunci penting disini, yaitu “menolong agama Allah”, Iya coba baca pelan-pelan, agamanya siapa? Betul, agamanya Allah, bukan agama kita. Jadi yang paling tahu bagaimana cara menolong agama Dia ya Allah Ta’ala sendiri. Kita tidak bisa asal merekayasa dan langsung terjun berkarya ini-itu dengan nama “menolong agama-Nya’ tanpa mendapat bimbingan dari-Nya. It’s simply logic.

Yang namanya menolong agama Allah itu tentunya tidak mesti berupa kegiatan yang nampaknya agamis. Tidak semua harus jadi ustadz atau ustadzah, kan harus ada juga yang mengajar di kampus, bekerja di kantor, berkarya di pemerintahan, berniaga, mengolah tanah dan pertanian dll. Kita semua punya urusan dan bidang yang dimudahkan, tinggal berjuang menemukan dharma yang spesifik yang disitu rezeki manna dan salwa tercurah optimal dari langit dan bumi. Di titik itulah turunnya pertolongan Allah turun lebat, di orbit diri kita masing-masing.

Simply put. Kalau hidup masih terasa tidak nyaman, rentan dirundung oleh kegelisahan, masih banyak bingungnya, masih sering ngga nerimanya. Itu hanya sinyal bahwa kita memang belum menemukan orbit diri yang tepat. Belum berada di shiraathal mustaqiim masing-masing.

Lantas bagaimana cara menemukan shiraathal mustaqiim itu? Ya tanya dan minta bimbingan kepada Dia yang membuat semesta ini saja, simple toh? And bytheway ada setidaknya lima saat dimana shiraathal mustaqiim itu dibukakan bahkan diseru dengan jelas. Seruannya datang lewat suara adzan yang menggema di seluruh alam dan saat itu adalah di awal waktu shalat.[]

No comments:

Post a Comment