Tuesday, August 18, 2020

 

“TUGAS LANGIT”

Setiap kita harus mengidentifikasi “tugas langit”nya masing-masing. Sesuatu yang Allah mudahkan dalam kehidupan kita karena kita dibekali itu sejak kita lahir bahkan menentukan dari orang tua mana kita dilahirkan, kapan dan dimana, serta seluruh semesta yang disediakan dengan takaran yang presisi dan timbangan keadilan-Nya.

“Tugas langit” itu tidak ditentukan semata-mata oleh pencapaian akademik, pangkat yang diraih atau status sosial masyarakat. Bisa jadi tugas itu begitu sederhana yaitu mengurus keluarga kecilnya dan sang anak yang perlu bimbingan khusus. Memang ada pula yang tugasnya untuk menjangkau khalayak  yang lebih luas di masyarakat.

Apapun itu, kita wajib mengidentifikasi peran spesifik yang Allah ingin kita kerjakan di penggal waktu yang singkat di bumi ini.

Gambarannya adalah seperti yang diungkapkan oleh Jalaluddin Rumi, ketika seorang raja mengurus menterinya ke sebuah kota dalam situasi perang untuk membangun jembatan yang berfungsi strategis untuk menghubungkan antara dua wilayah. Untuk melaksanakan misi itu sang menteri dibekali dengan sekian banyak pekerja, kuda-kuda untuk mengangkut barang dan sekian banyak perkakas dan para ahli yang akan berguna untuk membangun jembatan. Sang menteri diutus ke kota itu dalam kurun waktu tertentu. Dengan harapan dalam rentang waktu itu, jembatan yang sang raja inginkan sudah selesai dibangun.

Waktu berlalu, sang raja kemudian mengirim utusan untuk mengevaluasi pekerjaan sang menteri. Dan terkejutlah utusan itu ketika melihat pekerjaan jembatan bahkan belum setengahnya dikerjakan. Akan tetapi alih-alih menyelesaikan deadline pembuatan jembatan sang menteri malah memanfaatkan waktu dan segenap sumber daya yang ada untuk membuat bangunan lain berupa rumah-rumah tinggal yang nyaman, rumah ibadah, perpusatakaan dll untuk mempercantik kota itu.

Sekarang, bayangkan jika utusan raja itu kembali kepada sang raja untuk melaporkan hal ini. Jika sahabat adalah raja itu bagaimana akan merespon?

Tentu marah. Wajar, karena ini sedang situasi genting berperang. Jembatan itu sangat dinanti agar bisa digunakan untuk kepentingan perang. Sedangkan sang menteri yang diutus untuk menyelesaikan satu misi penting untuk membangun jembatan malah asyik membangun ini-itu.

Begitulah kira-kira gambarannya. Sang Maha Raja, Allah Ta’ala pun mengutus kita ke bumi ini untuk mengerjakan sebuah tugas langit yang spesifik yang kerap dilalaikan oleh kebanyakan orang karena lupa, tidak paham dan tersesatkan oleh hawa nafsu dan syahwatnya untuk mengerjakan hal yang lain.[]

No comments:

Post a Comment