“TUGAS LANGIT”
Setiap kita harus mengidentifikasi “tugas
langit”nya masing-masing. Sesuatu yang Allah mudahkan dalam kehidupan kita
karena kita dibekali itu sejak kita lahir bahkan menentukan dari orang tua mana
kita dilahirkan, kapan dan dimana, serta seluruh semesta yang disediakan dengan
takaran yang presisi dan timbangan keadilan-Nya.
“Tugas langit” itu tidak ditentukan
semata-mata oleh pencapaian akademik, pangkat yang diraih atau status sosial
masyarakat. Bisa jadi tugas itu begitu sederhana yaitu mengurus keluarga
kecilnya dan sang anak yang perlu bimbingan khusus. Memang ada pula yang
tugasnya untuk menjangkau khalayak yang
lebih luas di masyarakat.
Apapun itu, kita wajib mengidentifikasi
peran spesifik yang Allah ingin kita kerjakan di penggal waktu yang singkat di
bumi ini.
Gambarannya adalah seperti yang diungkapkan
oleh Jalaluddin Rumi, ketika seorang raja mengurus menterinya ke sebuah kota
dalam situasi perang untuk membangun jembatan yang berfungsi strategis untuk menghubungkan
antara dua wilayah. Untuk melaksanakan misi itu sang menteri dibekali dengan
sekian banyak pekerja, kuda-kuda untuk mengangkut barang dan sekian banyak
perkakas dan para ahli yang akan berguna untuk membangun jembatan. Sang menteri
diutus ke kota itu dalam kurun waktu tertentu. Dengan harapan dalam rentang
waktu itu, jembatan yang sang raja inginkan sudah selesai dibangun.
Waktu berlalu, sang raja kemudian mengirim
utusan untuk mengevaluasi pekerjaan sang menteri. Dan terkejutlah utusan itu
ketika melihat pekerjaan jembatan bahkan belum setengahnya dikerjakan. Akan
tetapi alih-alih menyelesaikan deadline
pembuatan jembatan sang menteri malah memanfaatkan waktu dan segenap sumber
daya yang ada untuk membuat bangunan lain berupa rumah-rumah tinggal yang
nyaman, rumah ibadah, perpusatakaan dll untuk mempercantik kota itu.
Sekarang, bayangkan jika utusan raja itu
kembali kepada sang raja untuk melaporkan hal ini. Jika sahabat adalah raja itu
bagaimana akan merespon?
Tentu marah. Wajar, karena ini sedang
situasi genting berperang. Jembatan itu sangat dinanti agar bisa digunakan
untuk kepentingan perang. Sedangkan sang menteri yang diutus untuk menyelesaikan
satu misi penting untuk membangun jembatan malah asyik membangun ini-itu.
Begitulah kira-kira gambarannya. Sang Maha
Raja, Allah Ta’ala pun mengutus kita ke bumi ini untuk mengerjakan sebuah tugas
langit yang spesifik yang kerap dilalaikan oleh kebanyakan orang karena lupa,
tidak paham dan tersesatkan oleh hawa nafsu dan syahwatnya untuk mengerjakan
hal yang lain.[]
No comments:
Post a Comment