Bagaimana
kita mengetahui di antara beberapa pilihan yang mana yang merupakan pilihan
yang Allah ridhoi?
Kuncinya
adalah mengaktivasi qalb (hati), karena hati adalah tempat dimana Allah akan
memberikan petunjuk-Nya.
“
…dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk
kepada qalbnya…” (QS Ath Thagabun [64]: 11)
Kalau
hati belum diaktivasi, tidak dibiasakan dimintakan pendapatnya atau didengar
suaranya maka akan sulit untuk membaca mana petunjuk-Nya.
Lalu
bagaimana cara mengaktivasi hati?
Pertama
niat dulu, lakukan ijab qabul dengan Allah. Niatkan bahwa kita memang ingin
Allah tunjuki dalam setiap aspek kehidupan. Sebetulnya sesuatu yang selalu kita
panjatkan dalam doa shalat “ Ihdina shiraathal mustaqiim” (tunjukilah aku
kepada jalan yang lurus). Kemudian optimalkan fungsi akal untuk
mempertimbangkan semesta kita. Akan tetapi ketika hendak mengambil keputusan
biarkan hati menjadi hakim dalam mengambil keputusan. Karena tidak jarang
terjadi walaupun semua pertimbangan logika tampaknya baik, tapi hati kecil
berkata yang sebaliknya.
Rasulullah
saw memberikan beberapa panduan dalam mengambil keputusan, diantaranya ambillah
urusan yang paling sedikit mudharatnya, jangan ambil keputusan saat ragu.
Kemudian ambil keputusan yang hati paling dirasa mantap dan tenang dengan
konsekuensi yang ada setelah mengambil keputusan itu. Karena jika ada rasa
gelisah atau tidak tenang berarti ada sesuatu yang tidak baik disana.
Rasulullah saw bersabda, “Kebajikan ialah apa saja
yang apa saja yang menjadikan jiwa tenang dan hati menjadi tenteram. Dan dosa
ialah apa saja yang menjadikan jiwa tidak tenang dan hati tidak tenteram
kendati para pemberi fatwa berfatwa kepadamu.” (HR. Ahmad).
Ini adalah hal yang prinsip, memberi ruang kepada hati untuk
memberikan keputusan, jangan hanya menyerahkan pengambilan keputusan kepada
pertimbangan logika dan hitung-hitungan manusia yang sangat terbatas. Itu artinya
kita tengah mempertimbangkan faktor Tuhan.
(Adaptasi
dari sesi diskusi dalam kajian kitab Al Hikam yang disampaikan oleh Mursyid
Zamzam AJ Tanuwijaya, 30 Desember 2012)
No comments:
Post a Comment