Allah yang ´laisa kamislihi syaiun” tidak dapat diserupakan
dengan apapun, Dzat-Nya adalah tak terjangkau untuk kita bisa kenali. Akan
tetapi atas Kepemurahan-Nya maka Dia berkehendak ingin memperkenalkan dirinya
pada segenap ciptaan.
“Aku adalah khanzun mahfiy (khazanah yang tersembunyi), dan
Aku rindu untuk dikenal. Lalu Aku ciptakan alam ciptaan sehingga Aku
dikenal.”(Hadits Qudsiy)
Cara untuk mengenal-Nya hanya dengan menapaki jalan yang
dibukakan untuk kita masing-masing. Karena tidak mungkin bisa mengenal Dia
kecuali Dia sendiri yang memperkenalkan Dirinya kepada sang hamba. Kalau kita
hanya mengandalkan kepintaran, kemampuan, kekuatan dll yang sebenarnya semua
itu pun dipinjamkan oleh Allah Ta’ala, tentu akan bagai pungguk merindukan
bulan, karena terbentang jarak yang mustahil untuk ditempuh jika kita
menyandarkan diri pada kekuatan sebagai manusia yang fana ini.
Syaikh Najmuddin Al Qubra dalam Kitab Adab Al Suluk
berkomentar tentang hadits qudsiy di atas, bahwa yang dimaksud dengan perjalanan
untuk menyingkap Sang Khazanah Yang Tersembunyi berarti hati manusia akan
dikonfrontasi oleh berlapis jenis hijab atau halangan serta tantangan dan
keterpisahan oleh sebuah jarak yang jauh. Disebutkan juga bahwa hijab pertama
yang harus disingkap dan merupakan hijab yang terbesar justru berbentuk diri
kita sendiri.
Inilah sebuah jihad akbar, jihad melawan hawa nafsu dan
syahwat yang bercokol di dalam diri sendiri. Melawan tentara-tentara bentukan
hawa nafsu dan syahwat yang berupa amarah, kekhawatiran, kecemburuan buta,
kemunafikan, rasa takut pada selain Allah, bangga diri, merasa diri lebih dari
yang lain, gampang mengeluh, kurang sabar dll hal yang akan memberangus potensi
tinggi manusia sebagai khalifah fil ardh – akan tetapi masih terseok-seok belum
bisa berkuasa bahkan dalam tataran bumi dirinya sendiri. Dan karenanya jauh
dari sebuah pengenalan tentang siapa Dia, Sang Pencipta.[]
No comments:
Post a Comment