Seorang ustadz berkata, "Diamnya perempuan di rumah adalah ibadah" sambil kemudian mengutip hadits Rasulullah saw yang menggambarkan derajat pahala shalatnya perempuan yang paking tinggi itu justru ketika ia berada di ruang pribadinya sendiri, sebuah wilayah yang paling dalam di area rumahnya.
Setiap sabda Rasulullah ada kandungan batin lain yang berharga. Sebagaimana Al Quran pun memiliki tujuh tingkatan makna. Bukankah Rasulullah saw adalah Al Quran yang berjalan. Artinya setiap gerak langkah dan perkataannya adalah pengejawantahan dari kitab suci yang tercipta jauh hari sebelum pagelaran kehidupan dunia ini dibentangkan.
Perempuan dalam Al Quran diidentifikasikan sbg "An Nisaa" kata dalam Bahasa Arab yang hanya memiliki makna jamak, artinya perempuan-perempuan. Dalam tasawuf, aspek perempuan ada dalam seseorang baik itu yg gendernya perempuan atau laki-laki. "Perempuan2" itu adalah syahwat.
Syahwat itu adalah suatu energi pendorong yang membantu seseorang utk beribadah jika dikendalikan dengan benar.
Maka terkait sabda Rasulullah saw di atas perempuan yang lebih utama ibadahnya di ruangnya sendiri adalah agar aspek syahwat berkiprah di areanya saja. Karena jika syahwat dibiarkan bebas tanpa batas ia bisa mengambil alih diri manusia. Sehingga manusia bergerak lebih cenderung karena mengikuti syahwatnya.
Dalam konteks pengendalian ini pula kenapa Allah Ta'ala berfirman "ar rijalu qowwamuna ala nisaa" lelaki itu pemimpin bagi perempuan-perempuan. Makna lainnya adalah manusia lebih dikendalikan oleh akal sehatnya dibanding syahwatnya.
Wallahu'alam bishowwab.
No comments:
Post a Comment