“ Kamu kenal sama Barrack Obama?”
“ Yah cukup kenal.”
“ Wuih, kenal dimana?”
“ Hmm…anu...aku pernah baca biografinya”
#yeeey #eyes rolling
Mengetahui dan mengenali sesuatu adalah dua hal yang berbeda. Untuk bisa mengenali seseorang kita harus pernah banyak meluangkan waktu bersama. Spend some quality times.
Mengetahui Tuhan dan mengenal Tuhan juga dua hal yang berbeda. Kita mengetahui sifat-sifat Tuhan yang diberitakan oleh para utusannya dan seperti yang tertera di banyak kitab suci. Tapi mengenal, well that’s a whole different idea. Padahal yang pasti akan ditanya oleh para malaikat yang tegas di alam barzakh nanti saat kita pertama kali membuka mata di setelah meninggalkan dunia ini kemudian pindah kea lam lain adalah “ Man Rabbuka?”, - “ Siapa Tuhanmu?” sebuah pertanyaan yang hanya akan dijawab oleh dia yang telah mengenal siapa Sang Rabb.
Setiap saat sebenarnya Allah senantiasa membuka pintu pengenalan akan dirinya. Cuma kita saja yang fokusnya kemana-mana kecuali kepada-Nya. Setiap saat Dia menjalankan fungsi sebagai Rabb, Sang Pemelihara segenap alam. Bahkan tubuh kita pun, semesta yang paling dekat dengan diri sendiri Dia uruskan semuanya. Kita hanya berkontribusi sebiji sawi dari sekadar pengurusan raga kita sendiri. Coba saja lihat saat kita makan, sekadar mengunyah lalu ditelan. Adapun nasib makanan setelah ia melalui kerongkongan kan tidak pernah kita pikirkan. Sang Rabb mengaturkan melalui system saraf otonom yang berjalan otomatis, gratis pula! Kita kan tidak perlu diam sejenak sambil merem sambil bilang, “Bentar ya aku harus konsentrasi mendorong combro yang baru kumakan agar ia melewati lambung, lalu ke usus dua belas jari, usus halus, usus besar dan …” Ya, you know the rest. Belum lagi detak jantung, sudah otomatis, tak perlu kita berhenti sesaat untuk mompa-mompa jantung sendiri. Juga dengan sekitar 15 trilyun sel yang ada di dalam tubuh kita, ngga pernah tuh kita pikirin. Tinggal pakai saja. Lantas siapa yang mengorkestrasikan itu semua?
Nah, karena manusia itu banya lalainya, sering lupa kepada Tuhannya. Maka Allah membuat mekanisme lain agar Dia dikenal. Sayangnya banyak yang emoh menghadapi hari-hari perkenalan dengan Tuhan semesta ini. Karena wujudnya dirasa tidak mengenakkan – tentu dalam persepsi hawa nafsunya yang selalu ingin hidup enak dan tak ada masalah.
Allah Yang Maha Penyembuh memperkenalkan Dirinya dengan membuat sakit seseorang. Allah Yang Maha Pengampun memperkenalkan Dirinya dengan menjerumuskan seseorang dalam sebuah dosa dan khilaf. Allah Yang Maha Pemberi Rezeki memperkenalkan Dirinya dengan himpitan ekonomi. Allah Yang Maha Sabar memperkenalkan Dirinya dengan mengirimkan orang yang kalau kata orang Sunda “ pikasebeleun” (alias menyebalkan atau mengesalkan tingkah lakunya), agar kita menyerap sifat sabar dari-Nya.
Demikianlah sekian banyak takdir kehidupan terbentang di hadapan kita, pahit-manisnya adalah dari Dia. Karena tidak ada satu makhluk pun yang mampu merancang sebuah kehidupan satu milimeterpun. Jadi nikmatilah hidup ini dengan suka cita. Belajar menelan rasa sakit, karena itu pil pahit yang menyehatkan jiwa. Agar nanti kita berpulang di alam barzakh bisa pede menghadapi pertanyaan para malaikat apakah kita kenal dengan Rabb seluruh alam. Dan semoga kita tidak menjawab kenal semata-mata hanya membaca dari “ biografi-Nya”.
No comments:
Post a Comment