Saturday, March 10, 2018

Hari ini adalah sempurna.
Diri kita demikian sempurna.
Takdir hidup kita adalah sempurna.
Semuanya adalah sempurna.

"Semuanya?"tanya sang hawa nafsu, ngeyel.
Maklum sang hawa nafsu adalah anak baru lahir kemarin.
Dia belum paham karsa dan seluruh rencana Gusti Allah.

Kesempurnaan adalah asma-Nya,
"Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa, Allah adalah ash-Shamad (Penguasa Yang Maha Sempurna dan bergantung kepada-Nya segala sesuatu)"(QS al-Ikhlaash:1-2)

Sifat Allah adalah selalu memberi yang terbaik kepada ciptaan-Nya.
Selalu.
Tidak pernah kurang bahkan sebiji atom pun.

Kurang-lebih, cepat-lambat, besar-kecil, itu cara berpikir alam ciptaan, sesuatu yang terbiasa dipersepsi oleh sang hawa nafsu.
Dalam timbangan Allah, semua tepat sesuai kadarnya, tidak ada yang kurang dan tidak ada yang lebih.
Dalam perhitungan-Nya, semua akan turun pada saatnya, tidak ada yang terlalu cepat, pun terlambat.
Dalam pandangan-Nya semua manusia adalah berharga, sekalipun ia seorang pendosa dan pembangkang.

Saat diri lepas dari kotak-kotak semu label dunia,
itulah saat ia terbebas dari perbudakan dirinya sendiri.
Bebas dari waham ketidaksempurnaan dan ilusi dunia, bebas dari kekhawatiran dan lepas dari kesedihan yang memuramkan wajah jiwa.

Saat itu akal jiwanya sudah bisa berkata, "Rabbana ma khalaqta hadza bathila” (QS Ali Imran: 191), "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia." Karena semua yang Allah turunkan adalah sempurna. Menyadari hal ini, Jalaluddin Rumi kemudian berkata, "Jika engkau (hanya bisa) memanjatkan satu doa dalam satu hari, ucapkanlah 'Terima Kasih'" []




(Amsterdam, 10 Maret 2018. 15.01 inspirasi ba'da shalat dhuhur)


No comments:

Post a Comment