Monday, May 27, 2019


 Dalam hidup walau seseorang dengan lisannya berucap “Allahu Akbar” – Allah Maha Besar, Allah Maha Kuasa, Allah Maha Baik, akan tetapi saat dihadapkan dengan situasi yang mencengkramnya kerap kali kekuatan kausalitas lebih kuat pengaruhnya dalam dirinya dibandingkan kuasa Allah. Artinya ia lebih percaya kepada apa yang ada dalam genggamannya dibandingkan apa yang ada dalam genggaman Allah.

Katakanlah seseorang yang memiliki uang satu trilyun lebih merasa hidupnya terjamin, padahal walaupun ia memiliki uang sebanyak itu pun seharusnya dalam hatinya harus lebih takut dia tidak bisa memenuhi kebutuhannya besok dengan seribu satu sebab, karena apapun bisa musnah seketika dengan izin Allah. Demikian juga kalaupun satu jam lagi tenggat waktu pembayaran tiba akan tetapi uang yang dibutuhkan belum juga ada walaupun telah melakukan berbagai ikhtiar, hati harusnya tidak gentar, karena Allah Maha Kuasa menggerakkan apapun dalam sekejap.

Manusia yang dicengkeram rasa panik, was-was dan khawatir tidak bisa memenuhi kebutuhan dunianya kemudian cenderung menjadi hamba dunia. Karena ia kurang percaya kepada Allah dan lebih percaya kepada usahanya sendiri, kepada pinjaman dari sana-sini, kepada kekuatan lain yang dia sudah perhitungkan. Orang yang menjadi hamba dunia berarti dia telah Allah lepaskan dan serahkan kepada dunia, hingga ia menjadi tenggelam dalam kesulitan memenuhi sekian banyak kebutuhannya yang tak akan pernah habis hingga nyawa menjemputnya suatu saat. Ciri orang yang dikuasakan kepada dunia adalah ia menjadi tidak melihat keajaiban Allah dalam hidupnya. Ia tidak merasakan datangnya rezeki tak terduga. Tidak mencecap sebuah ketakjuban saat Allah tiba-tiba menghapus duka, melebarkan jalan dan menghilangkan kesulitannya. Ia menjadi terputus dengan Allah Ta’ala. Maka hendaknya seseorang harus lebih yakin dengan semua jaminan Allah dibanding dengan berbagai investasi dunia yang telah dipersiapkan. Silakan berikhtiar yang optimal, tapi jangan menyandarkan hati kepada semua upaya itu.

(Adaptasi dari pengajian hikmah Al Quran yang diampu oleh Mursyid Zamzam AJ Tanuwijaya, 2 Mei 2010)

No comments:

Post a Comment