Tuesday, May 28, 2019


Kalau saya renungkan, warisan terbaik almarhum ayah dan nenek saya adalah akhlak mereka, bagaimana mereka melakukan sesuatu dan merespon kehidupan dengan segenap kebaikan yang mereka miliki. Warisan ilmu yang mereka tebar utamanya melalui akhlak dan kebajikan yang mereka lakukan lebih dalam gaungnya ke dalam hati saya dibandingkan semua warisan lahiriyah yang terbatas dan mudah habis dalam sekejap. Dari almarhumah nenek saya belajar konsisten membaca  surat al waqi’ah setiap hari, sesuatu yang konsisten beliau lakukan bahkan hingga hari-hari jelang kepergiannya walaupun dalam keadaan fisik yang mulai menurun. Dari almarhum ayah saya belajar untuk selalu melihat cahaya bahkan dalam sebuah kegelapan yang menyelimuti sekelam apapun, beliau selalu berjuang melihat kebaikan yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan.

Orang tua sering dibuat khawatir oleh masa depan anaknya, hingga dalam upaya untuk mengamankan segenap keturunannya tidak sedikit yang panik dan jatuh dalam keadaan memaksakan diri hingga menghalalkan berbagai cara demi menjaminkan kesejahteraan masa depan anak cucunya. Merencanakan masa depan itu baik dan wajib, tapi berlebihan melakukannya bahkan memaksakan diri itu sudah melabrak pagar agama. Tentunya tidak semua orang diberi kemudahan untuk menabung atau berinvestasi. Karenanya tidak perlu berkecil hati, karena sebaik-baik ‘asuransi’’ dan jaminan tentu datang dari Sang Pencipta yang lebih mencintai anak-anak kita dibanding kita sendiri. Lebih jauh Allah Ta’ala memberikan solusi ihwal persiapan yang terbaik untuk menjamin keturunan kita dalam QS An Nisaa [4]: 9

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang kuat.

Kata “takut” dalam ayat di atas menggunakan kata “yakhsya” sebuah takut tingkat tertinggi, melebihi dua jenis kata “takut”lain yang ada dalam Al Quran seperti “khawf” dan “rahbah”. “Yakhsya” adalah takut kepada Dzat-Nya. Bukan hanya takut kepada perbuatan Allah. Dalam konteks takut meninggalkan anak-anak yang lemah disini, mestinya harus lebih takut meninggalkan generasi penerus yang lemah imannya dibandingkan semata takut meninggalkan anak yang kurang pandai, tidak bisa sekolah tinggi, tidak punya rumah, tidak punya pekerjaan baik, atau tidak bisa memenuhi kesejahteraan hidupnya.

Kunci mempersiapkan generasi yang kuat adalah dengan ketaqwaan orang tuanya, yang dengan jalan taqwa itu Allah akan mengajarinya ilmu. Dengan ilmu itu ia bisa melakukan perbuatan yang tinggi – yang disimbolkan dengan “perkataan yang kuat” (qaulan sadida). Bagi saya tidak ada pengganti yang lebih baik dibanding contoh kehidupan yang telah dilakoni oleh almarhum ayah dan alamarhumah nenek saya. Mereka mengajari saya tanpa perlu bekata-kata dan mengeluarkan dalil tentang prinsip disiplin, ketabahan, istiqomah, tawakal, pantang menyerah, berbaik sangka dan mensyukuri kehidupan. Nilai-nilai yang saya bawa terus insya Allah hingga akhirat nanti. Sesuatu yang tidak akan pernah lekang oleh waktu dan habis dipakai dalam hidup yang terlampau singkat di dunia ini. Terima kasih mbah dan papa, al fatihah untuk mereka berdua.


No comments:

Post a Comment