Berapa banyak sel darah merah dibentuk di dalam tubuh kita setiap detik?
Jawabnya sekitar 3 juta sel per detik tubuh kita membentuk sel darah merah.
Tunggu, ada yang lebih mencengangkan dari proses di dalam tubuh yang kita kerap lupa mengucap syukur kepada Sang Pencipta. Yaitu berapa jumlah hemoglobin - yang berfungsi vital mengangkut oksigen ke sel dan dalam perjalanan kembali ke paru-paru ia membawa karbondioksida- dalam satu detik?
Jawabnya dalam satu detik dibentuk sebanyak 1.000.000.000.000.000 alias satu kuadriliun atau seribu trilyun sel protein bernama hemoglobin dibentuk di dalam tubuh. Ya, dalam satu detik. Bayangkan jumlah yangv terkumpul dalam satu hari, satu bulan bahkan satu tahun? That’s a lot of protein waste inside our body!
Untungnya tubuh kita punya sebuah mekanisme canggih bernama “autophagy” yang bermakna “makan diri sendiri”, sebuah proses efisien yang terjadi tanpa kita sadari terjadi setiap saat di dalam tubuh untuk membuang zat-zat yang sudah tak terpakai dan melakukan “nutrient recycling”.
Ilmuwan Jepang bernama Yoshinori Ishumi yang meneliti tentang proses ini. Sebuah penemuan penting yang mengungkap bagaimana tubuh manusia berfungsi efektif membersihkan dirinya sendiri melalui proses autophagy dengan syarat tubuhnya dikondisikan dalam keadaan puasa.
Apa yang terjadi saat tubuh dikondisikan dalam keadaan puasa?
Dalam tiga puluh menit pertama puasa saja sudah bisa diamati oleh mikroskop elektron terbentuk sebuah struktur kecil di dalam vakuola, suatu organel di dalam sel yang berfungsi untuk mendegradasi berbagai protein. Organel bernama vakuola ini yang menarik rasa ingin tahu seorang Yoshinori yang saat kuliah diberi tantangan dari profesornya untuk memilih subyek apapun untuk penelitian. Ia mengajukan pertanyaan kepada dirinya sendiri, mengapa ada sebuah organel di dalam sel bernama vakuola yang memiliki ukuran demikian besar? Saat itu informasi yang ada sebatas mengatakan bahwa bagian itu berfungsi sebagai tempat pembuangan sampah bagi sel. Namun rasa ingin tahu Yoshinori demikian kuat, dia katakan bahwa ada perbedaan antara mengetahui dan memahami. Saat itu di tahun 1988 tidak banyak orang meneliti tentang vakuola. Karya ilmiah yang ada hanya berjumlah sekitar 20. Yoshinori tak ambil peduli ia memilih mengambil topik yang tidak menjadi tren pada saat itu.
Hampir dua dekade kemudian topik yang dipilih oleh Yoshinori kemudian menjadi tren dengan jumlah karya ilmiah melonjak jumlahnya dalam setahun menjadi sebanyak 7894. Bagi Yoshinori sendiri ia tidak menyangka rasa ingin tahunya mengantarkan dia kepada terbukanya pengetahuan baru tentang pentingnya proses autofagi - sebuah proses yang efektif terjadi saat tubuh seseorang dibuat kelaparan - dalam menyembuhkan berbagai penyakit seperti kanker, infeksi dll.
Tulisan ini saya peruntukkan bagi sahabat sekalian yang bersiap melakukan shaum selama bulan ramadhan ini. Ketahuilah semua rasa sakit kita menahan lapar dan haus adalah sebuah hal yang menyehatkan bagi tubuh karena hanya saat kondisi tubuh dalam keadaan lapar itulah maka ia berkesempatan untuk membersihkan dirinya sendiri dari sampah tubuh, sisa metabolisme dan zat-zat yang berbahaya. But most of all, saya coba menyemangati diri sendiri yang syahwat makannya cukup besar ini🤢
Terima kasih juga saya haturkan bagi pak Yoshinori Ohsumi, seorang ilmuwan yang rendah hati dan berdedikasi tinggi. Berikut pesannya bagi para generasi muda yang disampaikan dalam Molecular Frontiers Symposium di Tokyo Tech tahun 2017 lalu.
“You had better think about your stage in long human history.
Be free from authority and common sense, and develop your original interests and question.
Start from nature by your eyes but not a fuel of information.
Don’t follow thebpopular subject.
Don’t be afraid that you are different from others.
Go back to the original question you had if you stuck.
Think about what is the next if you solve the present problem.
Usefulness is not the only motivation for science.”
No comments:
Post a Comment