Tetangga sebelah rumah saya itu ramah sekali, beliau seorang perempuan yang di usia pensiun (sekitar 65-70 tahun) masih sehat bersepeda puluhan kilometer dan badannya masih oke, langsing dan fit. I kind of picture myself (wannabe) like her in the next 25-30 year 😉. Pernah suatu kali saya tanya apa rahasia kebugaran tubuhnya, beliau bilang sejak muda biasa berjalan kaki puluhan kilometer. (Hmmm, okay maybe i’m gonna lower my bar a little bit.)
Anyway, boleh dibilang keberadaan beliau adalah salah satu faktor besar ketika kami memutuskan membeli rumah yang sekarang ditinggali ini. Ingat pesan Rasulullah, kalau mau memilih rumah lihatlah tetangganya. Dulu saat viewing rumah pertama kali bertemu beliau yang kebetulan sedang berada di depan rumahnya menyapa kami dan anak-anak dengan wajah ceria dan ramah, oh langsung jatuh hati kami dibuatnya. Dan memang sampai sekarang pun demikianlah sifatnya, selalu mengembangkan senyuman setiap kali bertemu. Pernah bahkan dalam satu hari saya berpapasan sepeda dengan beliau sampai empat kali, dan empat kali pula beliau menyapa sambil tersenyum ramah. Membuat hati hangat.❤️
Ada hal menarik tentang beliau yang tinggal serumah tanpa menikah dengan pasangannya, seorang laki-laki usia pensiunan juga. Mereka sudah bersama lebih dari 40 tahun dan memiliki dua anak dan tiga cucu. Mereka tidak menikah karena tidak percaya pada institusi agama. Pun sepertinya tidak mempraktikkan suatu agamapun. Suatu waktu anak perempuannya terkena musibah lumpuh sebelah hingga harus mendapat perawatan rumah yang intensif. Saya mendengarkan penuturan tetangga saya ini ihwal penyakit yang diderita anaknya dan menggambarkan repotnya dia dan anggota keluarga lain dalam mengurusnya. Dan saya perhatikan tidak ada nada keberatan dalam penuturannya. Bahkan saat kami menunjukkan simpati dan membuka diri jika mereka membutuhkan bantuan apapun beliau menolaknya dengan halus sambil mengatakan bahwa keadaannya sudah lebih baik sekarang. Pokoknya semangatnya positif dan menghangatkan hati. Sehangat senyumannya yang senantiasa dia tebarkan.
Hal ini membuat saya merenung. Bagi seseorang yang tidak mengimani kehidupan di hari akhir, kehidupan dunia bagaikan taruhan akhir yang jika itu hilang maka tidak ada yang bisa diharapkan. Dan jika itu terjadi semangat hidup mendadak pudar. Saya mendengar seseorang ayah bunuh diri dengan melompat dari gedung tinggi tak kuat menanggung kepedihan atas kematian anak lelakinya yang baru berusia 7 tahun. Saya membaca seorang pebisnis sukses berakhir gantung diri karena masalah di kehidupannya. Kemudian ada anak muda berusia 20 tahunan yang meminta disuntik mati (euthanasia) karena tidak sanggup menjalani sakit yang dideritanya. Betapa rentannya kehidupan tanpa iman kepada Dia dan hari akhir.
Akan tetapi melihat perilaku tetangga saya yang luar biasa ini, saya menaruh harapan besar pada kemampuan akal manusia agar tidak tenggelam dalam samudera dunia. Sesederhana membangun sebuah akal sehat yang bahkan dapat mengangkat semangat seorang yang tidak percaya Tuhan dan hari akhir untuk menjalani takdir hidupnya dengan lebih positif. Jika seorang Marietje, tetangga saya yang manis itu dapat melakukannya dan menjalani kehidupan dengan bersuka cita, maka apalagi seharusnya orang yang memiliki iman kepada Allah dan hari akhir. Semoga beliau Allah karuniai hidayah-Nya. Aamiin🙏
No comments:
Post a Comment