Friday, April 19, 2019

PAINKILLERS
Painkillers adalah senyawa pereda rasa sakit yang bekerja dengan cara menahan sinyal yang mengirim rasa sakit baik itu di bagian saraf yang berdekatan dengan sumber sakit atau langsung bekerja di otak. Painkillers hanya berfungsi menghilangkan gejala tapi tidak menghilangkan penyebab rasa sakit itu sendiri. Seperti orang yang sakit gigi karena ada lubang di giginya, walaupun rasa sakit itu bisa hilang karena minum obat pereda rasa sakit akan tetapi bila penyebab rasa sakit tidak diobati yaitu menambal lubang di giginya tersebut, maka hanya masalah waktu rasa sakit itu akan timbul kembali.
Banyak manusia menderita “rasa sakit” diakibatkan oleh rasa sepi, sesuatu yang kerap luput diidentifikasi dengan akurat. Kesepian bukan berarti dia tidak punya teman. Bisa jadi ia orang yang sangat sosial, teman di dunia mayanya puluhan ribu bahkan “followersnya” jutaan jumlahnya. Tapi setelah semua hiruk-pikuk itu usai ada rasa hampa yang menggerogoti dirinya dan tak sedikit yang merasa sesak nafas dan ketakutan karenanya. Karena tidak paham apa yang menjadi sebab datangnya rasa itu, biasanya orang cenderung mengambil solusi instan dengan menggunakan “painkillers” berupa menyibukkan diri dalam kegiatan hingga ia lelah, menghibur diri dari satu hiburan ke hiburan lain, mengejar sensasi, membenamkan diri dalam minuman keras atau narkoba, atau melacurkan diri dalam petualangan seksual yang dibalut label cinta.
Painkillers hanya bersifat sesaat. Menumpulkan rasa bahkan mematikannya. Tapi saat ia tersadar maka rasa sakit itu akan terasa lagi. Yang sebenarnya berasal dari sebuah kerinduan di dalam jiwa, sebuah entitas yang jauh tak terjangkau oleh painkillers sekuat apapun di dunia. Sesuatu yang hanya bisa disembuhkan dengan sebuah dzikir - memberikan kepada sang jiwa makanannya yang tepat, seperti yang dikatakan oleh Jalaluddin Rumi,
“There is a loneliness more precious than life...It is that moment when one alone with God.”

No comments:

Post a Comment