Cahaya adalah unsur pembentuk ciptaan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Allah menciptakan aku dari cahaya-Nya".
Cahaya bersifat menampakkan segala sesuatu, bahkan cahaya yang datang dari sinar matahari bersifat menumbuhkan. Cahaya datang dari sebuah sumber cahaya. Ada benda-benda yang kemudian nampaknya bercahaya akan tetapi sebenarnya hanya memantulkan cahaya dari sumber cahaya yang sebenarnya, seperti sinar rembulan yang merupakan pantulan dari sinar matahari.
Sumber cahaya hanya akan menerangi semesta pada jarak tertentu. Di zona "twilight zone" intensitas terangnya cahaya makin berkurang, seperti saat memasuki waktu matahari terbenam dimana rona kegelapan mulai muncul. Seperti itulah alam dunia yang tengah kita arungi saat ini, sebuah titik terjauh dari sumber penciptaan. Ujung dari selendang ciptaan-Nya yang pada saatnya akan digulung kembali. Di titik terjauh ini cahaya berupa kebaikan mewujud, namun pada saat yang bersamaan kegelapan yang berupa kejahatan pun diizinkan-Nya merajalela. Manusia tengah dibenamkan di sebuah alam yang relatif gelap dibandingkan alam cahaya yang merupakan asal muasal jiwanya. Untuk tujuan apa? Agar kita mengenal Dia dengan sebuah pengenalan yang utuh. Di dunia inilah kita dipaparkan pada segenap perbuatan (af'al)-Nya, juga sifat-sifat-Nya yang halus hingga akhirnya manusia setahap demi setahap akan dibimbing untuk akhirnya mengenal Dzat Allah Ta'ala di alam akhirat nanti. Sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Abdul Qadir Jailani dalam kitab Sirrul Asrar, "Adapun melihat Dzat Allah Swt hanya terjadi di akhirat..."
Inilah sebuah proses penyingkapan yang berjenjang. Sejak jiwa manusia mendapatkan persaksian awal di alam alastu (QS 7:172), kemudian diturunkan ke alam mulk di bumi ini melalui perantaraan kedua orangtuanya hingga menapaki langkah-langkah takdir hidup yang berfungsi menumbuhkan sang jiwa hanya jika ia mensyukuri dan ikhlas menjalani qadha dan qadar Allah. Hingga menjadi ciptaan yang menapaki jalan kembali dengan diri yang bersuka cita sebagaimana difirmankan Allah Ta'ala,
Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, "Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan suka cita atau terpaksa." Keduanya menjawab, "Kami datang dengan suka cita."
(QS Fushshilat [41]:11)
No comments:
Post a Comment