Thursday, April 11, 2019


Dari Zaid bin Tsabit ra, “Rasulullah saw bersabda:

“Barangsiapa tujuan hidupnya (hammah) adalah dunia,

maka Allah akan menceraiberaikan urusannya (‘amr),

menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya,

dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan (kataba) baginya.

Barangsiapa yang niat hidupnya adalah negeri akhirat,

Allah akan mengumpulkan urusannya,

menjadikan kekayaan di hatinya (qalb),

dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.”

(HR Ibnu Majah)



Rasulullah saw mengingatkan umatnya akan dua macam penyikapan kepada kehidupan. Penyikapan pertama yaitu menjalani kehidupan dengan berbagai aktivitas di dalamnya dengan hati yang menghadap ke dunia, maka konsekuensinya adalah diceraiberaikannya urusan Ilahiyah yang diamanahkan kepada setiap manusia. Akibatnya ia akan merasakan keterpecahan dalam kehidupannya, merasa satu aktivitas dengan aktivitas yang lain malah saling melemahkan dan dengannya ia menjadi sulit untuk bahagia. Ditambah dengan Allah jadikan kefakiran dalam pandangannya, sebuah keadaan yang tidak cukup terus. Walaupun dalam pandangan orang kebanyakan kehidupannya sudah lebih daari cukup, tapi ia selalu melihat ada yang kurang dan sulit untuk merasa puas. Selain terlunta-lunta menjalani kehidupan dan terseret dalam pusaran kelelahan yang tiada henti, ia hanya mendapatkan dunia sebatas dari pembagian rezeki yang telah ditetapkan baginya.

Dengan demikian melalui kabar ini, kita mengenal bahwa ada rezeki lain selain yang ditetapkan pembagiannya oleh Allah Ta’ala dan diturunkan saat jiwa beserta ruh ditiupkan ke dalam raga janin saat ia berada di usia 120 hari di rahim ibu. Pertanyaannya, rezeki apa itu?

Jawabannya terletak di kelanjutan hadits di atas,

Yaitu, “…menjadikan kekayaan di hatinya”. Inilah jenis kekayaan yang sebagian besar manusia luput untuk mendapatkannya dalam penggal waktu yang tidak lama di dunia ini. Kekayaan yang bisa membuat kehidupannya di alam berikutnya jauh lebih baik dan tidak hanya itu, surga yang dia akan rasakan nanti telah dapat dinikmati icip-icipnya bahkan sejak kehidupan saat ini, yaitu berupa ridha, sabar, syukur, tenang, damai, pemurah, pemaaf, dan semua sifat baik yang bersumber dari Allah Ta’ala. Itulah sebenarnya kekayaan yang sejati, harta karun yang harus digali oleh setiap manusia saat mengarungi sungai takdir kehidupannya masing-masing. Semoga…

No comments:

Post a Comment