Junaid bersama para muridnya sedang berjalan melintasi sebuah pasar ketika mereka berpapasan dengan seorang lelaki yang tengah berjalan dengan sapinya. Lelaki itu tengah menggenggam seutas tali yang diikatkan ke leher sapi.
Junaid lalu mengajak para muridnya berhenti sejenak dan meminta izin dari sang pemilik sapi untuk berkenan menjadi bagian dari sebuah pelajaran yang ingin sang syaikh tunjukkan kepada para muridnya.
“Sekarang aku bertanya kepada kalian, wahai muridku. Siapa yang terikat kepada siapa? Apakah sang lelaki yang terikat pada sapi itu atau sapi itu yang terikat pada sang lelaki? Siapa yang menjadi tuan dan siapa yang menjadi hamba?”tanya sang syaikh.
Salah seorang muridnya kemudian menjawab, “Sapi itu tentu yang terikat kepada sang lelaki karena ia terikat oleh tali yang dipegang oleh tuannya. Oleh karena itu sang lelaki itu adalah tuannya dan sapi itu adalah hamba sahayanya.”
“Baik, mari kita buktikan,” jawab sang syaikh. Beliau kemudian mengambil sebilah pisau dan memotong tali yang mengikat sapi itu. Tak berapa lama sapi itu berlari menjauh dan sang lelaki mengejar di belakangnya.
“Nah, kalian sekarang lihat siapa tuan yang sesungguhnya. Sapi itu tak peduli dengan tuannya, begitu talinya lepas ia lari, sementara sang lelaki itu justru yang mengejarnya.”
*****
Sekarang mari kita renungkan. Yang menjadi tuan apakah kita atau pekerjaan kita? Yang mengendalikan diri kita apakah syahwat, emosi, hawa nafsu atau apa kata orang? Yang mengikat kita apakah nama baik, pangkat, gelar, jabatan, popularitas atau benar-benar ikhlas karena Allah Ta’ala?
Siapa yang betul-betul menguasai diri kita akan mulai tertampakkan saat tali-tali pengikat kepadanya mulai diputus. Itulah salah satu fungsi ujian kehidupan. Untuk menunjukkan siapa sesungguhnya tuhan yang tengah bertahta dalam hati kita.
No comments:
Post a Comment