“Akar segala sesuatu adalah stabilitas”
-
Ibnu Arabi dalam Al Futtuhat Al Makkiyyah
Stabilitas adalah natur semua ciptaan. Alam semesta yang
indah kita saksikan sekarang berjalan dalam harmoni karena bergerak dalam titik
stabilnya masing-masing dimana sebongkah batu menjalankan fungsinya menjadi
batu dan tidak mendambakan menjadi angin, pun setitik air bertasbih mengalir
menjalankan fungsinya dan tidak bermimpi menjadi sebatang pohon. Alam semesta
berjalan harmonis dan mewujud menjadi indah karena masing-masing menjalani
hidupnya di titik stabilnya masing-masing, yaitu fungsi yang Allah tetapkan
bagi setiap ciptaan.
Dalam Kitab Nabi Idris as gerak harmoni alam yang
mendemonstrasikan sebuah ketundukan dalam tasbih kepada-Nya dikatakan sbb:
Perhatikanlah oleh kalian
segala apa yang ada di langit, bagaimana mereka semua tidak mengubah jalur
edarnya (melainkan berada) di orbitnya masing-masing; dan (juga perhatikan)
benda-benda langit yang bercahaya, bagaimana mereka terbit dan terbenam secara
teratur pada waktunya sesuai dengan musimnya, dan mereka tidak melampaui batas
terhadap apa yang telah ditetapkan atas mereka.
Saksikanlah bumi dan
perhatikan semua yang ada di atasnya semenjak (penciptaan) yang pertama hingga
yang terakhir, bagaimana teguhnya mereka (dalam ketaatan), dan bagaimana tak
ada satu pun di dalamnya yang berubah. Demikianlah seluruhnya adalah ciptaan
Allah yang ditampakkan kepadamu.
Perhatikanlah musim
panas dan mudim dingin, bagaimana seluruh bumi dipenuhi dengan air, kemudian
awan serta embun dan air hujan terbentang di atasnya.
Perhatikanlah, dan
amatilah, bagaimana pepohonan layu dan menggugurkan daun-daunnya (dalam suatu
musim tertentu), kecuali bagi empat belas pohon yang tidak pernah gugur
daun-daunnya melainkan mempertahankannya selama dua sampai tiga tahun lamanya
hingga muncul (daun-daunnya) yang baru.
Perhatikan pula oleh
kalian hari-hari di musim panas, bagaimana matahari yang tepat berada di atas
bumi. Dan engkau mencari tempat berlindung disebabkan sengatan matahari yang
terik, dan tanah pun terbakar karena panasnya yang membara, sampai-sampai
engkau tidak bisa menapakkan kaki di atas tanah ataupun batu karena sedemikian
panasnya.
Perhatikanlah oleh
kalian bagaimana pepohonan menyelimuti diri mereka dengan daun-daun yang hijau
dan menumbuhkan buah-buahan; yang membuat kalian (tertarik) melihat ke arahnya
dan mengagumi semua perbuatan-Nya, dan menyadari bahwa Dia yang Maha Abadi yang
menciptakan semuanya.
Demikianlah penciptaan berlangsung terus-menerus, tahun demi tahun
untuk selamanya, dan semua ciptaan patuh kepada-Nya dan tidak menyimpang dari
perintah-Nya; dan Allah telah mengkadar segala sesuatu bagi mereka, maka itulah
yang terjadi!
Dan perhatikanlah bagaimana lautan dan sungai-sungai bersama-sama
mengerjakan tugas yang mereka pikul.
Tetapi lihatlah diri kalian sendiri! Kalian tidak teguh (dalam
ketaatan), dan tidak pula patuh menjalankan perintah Tuhan, melainkan
senantiasa berpaling serta berkata angkuh dengan kata-kata yang tajam dari
lisan-lisan kalian yang kotor terhadap kebijaksanaan-Nya. Wahai, kalian yang
berhati batu, (sungguh) kalian tiada akan pernah mendapatkan kedamaian.
-
Kitab Nabi Idris Pasal 2,3,4,5:1-4
Demikianlah bahwa kedamaian atau
kebahagiaan yang hakiki hanya akan diraih manakala manusia telah mencapai titik
stabilnya masing-masing, sebuah kesetimbangan yang berbasis ilmu-Nya. Kebahagiaan
itu tidak bisa direkayasa, hanya bisa dikenali pintu-pintunya jika kita berilmu
kepada Allah Sang Maha Pencipta. Inilah mengapa umat Islam diajarkan dalam
setiap rakaat shalat untuk meminta “ihdina shiraathal mustaqiim”, ditunjukkan
kepada jalan lurus. Ya, jalan lurus adalah garis terdekat antara dua titik,
titik sang hamba dengan Sang Pencipta. Karena bagaimanapun, senang atau tidak
senang, disadari atau tidak hidup setiap saatnya adalah pendulum yang bergerak
ke arah kembali ke Sang Maha Pencipta. Pertanyaan berikutnya adalah, saat pertemuan
dengan-Nya nanti apakah kita siap dengan berbagai pertanyaan, “Hidupmu, untuk
apa dia dihabiskan? Rezekimu untuk apa kau gunakan?”Serta mempertanggungjawabkan
berbagai pilihan kehidupan.
Stabil itu datang dari keteguhan
hati (qalb). Dan qalb itu entitas alam malakut yang tidak akan terpuaskan
dengan berbagai kesenangan alam dunia karena satu-satunya yang membuat sang
hati tenang adalah dengan pengetahuan tentang-Nya, dengan mengingat-Nya, dengan
informasi Ilahiyah.
“Ingatlah, hanya dengan mengingat
Allah hati menjadi tentram”(QS Ar Ra’d: 28)
No comments:
Post a Comment