Friday, April 19, 2019


“Akar segala sesuatu adalah stabilitas”

-          Ibnu Arabi dalam Al Futtuhat Al Makkiyyah

Stabilitas adalah natur semua ciptaan. Alam semesta yang indah kita saksikan sekarang berjalan dalam harmoni karena bergerak dalam titik stabilnya masing-masing dimana sebongkah batu menjalankan fungsinya menjadi batu dan tidak mendambakan menjadi angin, pun setitik air bertasbih mengalir menjalankan fungsinya dan tidak bermimpi menjadi sebatang pohon. Alam semesta berjalan harmonis dan mewujud menjadi indah karena masing-masing menjalani hidupnya di titik stabilnya masing-masing, yaitu fungsi yang Allah tetapkan bagi setiap ciptaan.

Dalam Kitab Nabi Idris as gerak harmoni alam yang mendemonstrasikan sebuah ketundukan dalam tasbih kepada-Nya dikatakan sbb:

Perhatikanlah oleh kalian segala apa yang ada di langit, bagaimana mereka semua tidak mengubah jalur edarnya (melainkan berada) di orbitnya masing-masing; dan (juga perhatikan) benda-benda langit yang bercahaya, bagaimana mereka terbit dan terbenam secara teratur pada waktunya sesuai dengan musimnya, dan mereka tidak melampaui batas terhadap apa yang telah ditetapkan atas mereka.

Saksikanlah bumi dan perhatikan semua yang ada di atasnya semenjak (penciptaan) yang pertama hingga yang terakhir, bagaimana teguhnya mereka (dalam ketaatan), dan bagaimana tak ada satu pun di dalamnya yang berubah. Demikianlah seluruhnya adalah ciptaan Allah yang ditampakkan kepadamu.

Perhatikanlah musim panas dan mudim dingin, bagaimana seluruh bumi dipenuhi dengan air, kemudian awan serta embun dan air hujan terbentang di atasnya.

Perhatikanlah, dan amatilah, bagaimana pepohonan layu dan menggugurkan daun-daunnya (dalam suatu musim tertentu), kecuali bagi empat belas pohon yang tidak pernah gugur daun-daunnya melainkan mempertahankannya selama dua sampai tiga tahun lamanya hingga muncul (daun-daunnya) yang baru.

Perhatikan pula oleh kalian hari-hari di musim panas, bagaimana matahari yang tepat berada di atas bumi. Dan engkau mencari tempat berlindung disebabkan sengatan matahari yang terik, dan tanah pun terbakar karena panasnya yang membara, sampai-sampai engkau tidak bisa menapakkan kaki di atas tanah ataupun batu karena sedemikian panasnya.

Perhatikanlah oleh kalian bagaimana pepohonan menyelimuti diri mereka dengan daun-daun yang hijau dan menumbuhkan buah-buahan; yang membuat kalian (tertarik) melihat ke arahnya dan mengagumi semua perbuatan-Nya, dan menyadari bahwa Dia yang Maha Abadi yang menciptakan semuanya.

Demikianlah penciptaan berlangsung terus-menerus, tahun demi tahun untuk selamanya, dan semua ciptaan patuh kepada-Nya dan tidak menyimpang dari perintah-Nya; dan Allah telah mengkadar segala sesuatu bagi mereka, maka itulah yang terjadi!

Dan perhatikanlah bagaimana lautan dan sungai-sungai bersama-sama mengerjakan tugas yang mereka pikul.

Tetapi lihatlah diri kalian sendiri! Kalian tidak teguh (dalam ketaatan), dan tidak pula patuh menjalankan perintah Tuhan, melainkan senantiasa berpaling serta berkata angkuh dengan kata-kata yang tajam dari lisan-lisan kalian yang kotor terhadap kebijaksanaan-Nya. Wahai, kalian yang berhati batu, (sungguh) kalian tiada akan pernah mendapatkan kedamaian.

-          Kitab Nabi Idris Pasal 2,3,4,5:1-4

Demikianlah bahwa kedamaian atau kebahagiaan yang hakiki hanya akan diraih manakala manusia telah mencapai titik stabilnya masing-masing, sebuah kesetimbangan yang berbasis ilmu-Nya. Kebahagiaan itu tidak bisa direkayasa, hanya bisa dikenali pintu-pintunya jika kita berilmu kepada Allah Sang Maha Pencipta. Inilah mengapa umat Islam diajarkan dalam setiap rakaat shalat untuk meminta “ihdina shiraathal mustaqiim”, ditunjukkan kepada jalan lurus. Ya, jalan lurus adalah garis terdekat antara dua titik, titik sang hamba dengan Sang Pencipta. Karena bagaimanapun, senang atau tidak senang, disadari atau tidak hidup setiap saatnya adalah pendulum yang bergerak ke arah kembali ke Sang Maha Pencipta. Pertanyaan berikutnya adalah, saat pertemuan dengan-Nya nanti apakah kita siap dengan berbagai pertanyaan, “Hidupmu, untuk apa dia dihabiskan? Rezekimu untuk apa kau gunakan?”Serta mempertanggungjawabkan berbagai pilihan kehidupan.

Stabil itu datang dari keteguhan hati (qalb). Dan qalb itu entitas alam malakut yang tidak akan terpuaskan dengan berbagai kesenangan alam dunia karena satu-satunya yang membuat sang hati tenang adalah dengan pengetahuan tentang-Nya, dengan mengingat-Nya, dengan informasi Ilahiyah.

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram”(QS Ar Ra’d: 28)             

No comments:

Post a Comment