“Tiap hari bersyukur, hari esok (menjadi) lebih baik.” demikian pesan mursyid.
Sebaliknya, kalau seseorang sudah meremehkan dirinya sendiri, mengecilkan pemberian-Nya sambil berkata, “ah saya nasibnya cuma begini” atau “saya bukan apa-apa”, maka percayalah akan semakin terpuruk hidupnya karena ia tidak pandai bersyukur.
Keberkahan kehidupan itu bukan ditentukan oleh besarnya gaji yang diterima, tingginya pangkat atau dikenalnya nama dan karya kita. Tapi keberkahan akan melimpah dari mata air kebersyukuran di lubuk hati masing-masing.
Seorang tukang sampah atau pembantu rumah tangga yang tak dipandang orang bisa jadi lebih mulia dan berkah kehidupannya di sisi Allah karena hatinya bersyukur. Dibanding yang hidup mewah, bertitel megah dan ternama tapi hatinya terus resah seperti mengejar fatamorgana.
Bahagia itu di hati, tak perlu alasan ini-itu, pun gratis. Rasakanlah saat ini juga. Tak perlu mengaitkan kebahagiaan dengan datangnya ini-itu atau diraihnya itu-ini. Jika itu sampai terjadi artinya kita telah menggadaikan kebahagiaan diri sendiri kepada alasan-alasan kehidupan yang tak akan ada habisnya, dan kita menderita karenanya.
By all means, be happy, right here - right now❤️ what stop you?
No comments:
Post a Comment