Daya imajinasi adalah salah satu keunggulan ras manusia dibandingkan
ras hewan. Dengan imajinasi manusia bisa membayangkan berbagai kemungkinan dan
menciptakan sekian banyak penemuan yang mendongkrak peradaban ke tingkat yang berikutnya.
Tapi yang lebih penting lagi, imajinasi penting dikembangkan agar manusia bisa ‘mendekati’
Dia, Sang Pencipta yang ‘laisa kamitslihi syaiuun” (QS Asy Syuraa:11) yaitu “yang
tak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia”.
Saya belajar mengembangkan kembali daya imajinasi saya ketika
berinteraksi dengan anak-anak. Dalam dunia mereka yang masih tanpa batas, mereka
bisa menggambar matahari berwarna ungu, mobil yang melayang, guling yang
berubah menjadi roket, sepatu yang bisa
melontarkan dia lompat ke atas meteor, air yang mengalir dari bawah ke atas dsb.
Biarkan mereka mengembangkan imajinasinya karena pada saatnya nanti mereka semakin
tumbuh dewasa, seiring dengan ia
mengenal berbagai batasan dan kekang normatif biasanya daya imajinasi itu
semakin tumpul. Dan cara mengingatkan kembali daya imajinasi yang tak terbatas
itu adalah dengan sekian banyak dobrakan dan guncangan dalam kehidupan. Itu cara
Allah memberi pertolongan, agar manusia terbebas dari penjara pikirannya
sendiri.
Dalam imajinasi yang menumpul itu seseorang terpaku pada upaya
horizontal dan sebab akibat dalam kehidupan, lupa bahwa Dzat Yang menciptakan
dirinya sangat mampu mendatangkan datangnya rezeki misalnya dari berbagai arah.
Maka ketika seseorang kehilangan pekerjaan, bisnisnya gagal atau ditipu orang guncanglah
dirinya, dunia bagai kiamat, padahal Sang Penggenggam Rezeki tak pernah
kehilangan cara untuk senantiasa memberinya rezeki, bahkan ketika ia tidak memintanya.
Maka saya teringat petuah mursyid suatu hari ketika salah
seorang muridnya sedang tidak punya uang bahkan untuk membeli makanan di hari
itu. Sang mursyid berkata, “Apakah kamu lapar?” Murid itu menjawab, “Tidak.”
Dia juga merasa aneh, perutnya tidak merasa lapar walaupun tidak makan
seharian. Dengan enteng sang mursyid menjawab, “Nah, kalau begitu tidak perlu
makanan toh?”. Nah, itu dia rezeki Allah datang kadang dalam bentuk yang
beragam. Disini daya imajinasi kita mulai harus diasah, agar hidup tidak
tertawan pada kausalitas yang terbatas. Seperti kata Jalaluddin Rumi yang
kira-kira begini, “Engkau bersikeras berdoa meminta sebuah pintu dibukakan.
Padahal Dia membukakan pintu-pintu lain”. So, expand our imagination. Karena
bisa jadi bentuk pengabulan doa dari-Nya datang dalam bentuk lain 😉
No comments:
Post a Comment