Friday, April 12, 2019


Daya imajinasi adalah salah satu keunggulan ras manusia dibandingkan ras hewan. Dengan imajinasi manusia bisa membayangkan berbagai kemungkinan dan menciptakan sekian banyak penemuan yang mendongkrak peradaban ke tingkat yang berikutnya. Tapi yang lebih penting lagi, imajinasi penting dikembangkan agar manusia bisa ‘mendekati’ Dia, Sang Pencipta yang ‘laisa kamitslihi syaiuun” (QS Asy Syuraa:11) yaitu “yang tak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia”.

Saya belajar mengembangkan kembali daya imajinasi saya ketika berinteraksi dengan anak-anak. Dalam dunia mereka yang masih tanpa batas, mereka bisa menggambar matahari berwarna ungu, mobil yang melayang, guling yang berubah menjadi roket, sepatu  yang bisa melontarkan dia lompat ke atas meteor, air yang mengalir dari bawah ke atas dsb. Biarkan mereka mengembangkan imajinasinya karena pada saatnya nanti mereka semakin tumbuh dewasa,  seiring dengan ia mengenal berbagai batasan dan kekang normatif biasanya daya imajinasi itu semakin tumpul. Dan cara mengingatkan kembali daya imajinasi yang tak terbatas itu adalah dengan sekian banyak dobrakan dan guncangan dalam kehidupan. Itu cara Allah memberi pertolongan, agar manusia terbebas dari penjara pikirannya sendiri.

Dalam imajinasi yang menumpul itu seseorang terpaku pada upaya horizontal dan sebab akibat dalam kehidupan, lupa bahwa Dzat Yang menciptakan dirinya sangat mampu mendatangkan datangnya rezeki misalnya dari berbagai arah. Maka ketika seseorang kehilangan pekerjaan, bisnisnya gagal atau ditipu orang guncanglah dirinya, dunia bagai kiamat, padahal Sang Penggenggam Rezeki tak pernah kehilangan cara untuk senantiasa memberinya rezeki, bahkan ketika ia tidak memintanya.

Maka saya teringat petuah mursyid suatu hari ketika salah seorang muridnya sedang tidak punya uang bahkan untuk membeli makanan di hari itu. Sang mursyid berkata, “Apakah kamu lapar?” Murid itu menjawab, “Tidak.” Dia juga merasa aneh, perutnya tidak merasa lapar walaupun tidak makan seharian. Dengan enteng sang mursyid menjawab, “Nah, kalau begitu tidak perlu makanan toh?”. Nah, itu dia rezeki Allah datang kadang dalam bentuk yang beragam. Disini daya imajinasi kita mulai harus diasah, agar hidup tidak tertawan pada kausalitas yang terbatas. Seperti kata Jalaluddin Rumi yang kira-kira begini, “Engkau bersikeras berdoa meminta sebuah pintu dibukakan. Padahal Dia membukakan pintu-pintu lain”. So, expand our imagination. Karena bisa jadi bentuk pengabulan doa dari-Nya datang dalam bentuk lain 😉


No comments:

Post a Comment