Monday, July 27, 2020

Agama itu akhirnya dibangun agar kita bisa merahmati semestanya masing-masing dengan cara yang Allah kehendaki bagi setiap individu. Tidak pernah ada dalam sejarah nabi-nabi, para wali atau orang-orang yang benar (shiddiqiin) membangun keagamaan untuk mencari ketenangan pribadi semata. Sebaliknya, mereka mempertaruhkan nyawa, bersimbah keringat bahkan darah untuk mengejawantahkan sebuah skenario Ilahiyah Yang Agung.

Maka iman yang ada bukan hanya sekadar untuk menikmati ibadah harian, membangun keshalihan pribadi atau mengejar surga untuk diri sendiri dan keluarga saja. Tapi lebih dari itu iman yang laksana sinar matahari itu harus dikonversi menjadi energi seperti tumbuhan berfotosintesis menghasilkan makanan untuk dirinya sendiri yang kemudian digunakan oleh binatang dan manusia untuk melangsungkan kehidupan.

Proses fotosintesis menyerap dua unsur dari langit, yaitu sinar matahari dan karbondioksida, dan mengambil satu unsur dari bumi yaitu air. Manusia pun seperti itu sejatinya. Dari langit jiwanya ia menyerap cahaya matahari keimanan yang Allah anugerahkan dan hasil proses alam yang Allah siapkan dalam setiap penggal takdir kehidupannya yang berupa karbondioksida. Bersamaan dengan itu dari bumi dimana ia dipijak, ia harus mampu menyerap air pengetahuan bahkan dari hal sepele dan terlihat rutin sekalipun. Apalagi dari sebuah guncangan berupa ujian kehidupan. Karena tidak ada tajalli Allah yang berulang, sadarilah bahwa di setiap saat dan setiap hari Allah memberikan air-air pelajaran yang patut kita serap agar jiwa kita bertumbuh dan menghasilkan makanan berupa amal shalih.



Artinya takdir yang kita tempuh pada saat ini adalah wahana yang paling ideal bagi pertumbuhan sang pohon diri. Ya, takdir yang kita keluhkan keberadaannya itu. Keadaan yang kita tidak sukai itu. Situasi yang belum kita pahami itu. Terima dulu semuanya, serap dalam-dalam limpahan karbondioksida dan air yang melimpah yang mengalir di balik tanah bumi kita masing-masing. Hanya dengan kebersyukuran kita bisa mengubah semua hal yang Dia berikan menjadi buah-buah segar. Semoga ini yang dikatakan dalam Al Quran, “Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka berkata, “Inilah rezeki yang diberikan kepada kami dahulu.” Mereka telah diberi (buah-buahan) yang serupa.” (QS Al Baqarah: 25)


No comments:

Post a Comment