Istilah “Ilah” artinya tuhan atau sebuah
kekuasaan tertentu yang mengatur kita, yang menjadi dasar kita mengambil
keputusan, yang menjadi sumber ketakutan, atau yang kita benar-benar andalkan
untuk menyokong keberlangsungan hidup.
“Ilah” untuk seseorang bisa jadi
pekerjaannya yang dari situ ia andalkan betul sebagai penunjang penghidupan
bagi diri dan keluarganya. Bisa jadi “ilah” untuk yang lain adalah kerajaan
bisnis yang tengah dibangunnya yang dia bekerja siang dan malam untuk itu. Bagi
yang lain, “ilah” bisa jadi sebuah pengakuan dari keluarga atau masyarakat,
yang dia ketakutan untuk kehilangan hal itu. Atau seseorang bisa menjadi “ilah”
manakala ia cintai demikian dalam hingga susah melepaskan sekadar ide untuk
berpisah dengannya. Ada “ilah-ilah” lain berupa kepandaian, pangkat atau bisa
jadi masalah dalam kehidupan yang ia diperbudak olehnya dalam pusaran tanpa
tepi.
Apapun itu, agama membawa kita kepada jalan
pembebasan dari segenap “ilah-ilah” palsu yang membelenggu. Hingga akhirnya
kita bisa mengatakan betul dari dalam hati “laa ilaaha ilallah”, tidak ada ilah
selain Allah. Tidak ada yang lebih mengatur kehidupan kita selain Allah. Serta
tidak ada yang lebih penting dibanding Dia.[]
No comments:
Post a Comment