Monday, July 27, 2020

Suluk itu pada hakikatnya adalah sebuah perjalanan membaca ke dalam diri kita. Jadi kalau kita masih tertawan dongkol oleh perlakuan orang lain, kesal tak habis-habis oleh perilaku pasangan atau orang tua atau oleh segenap takdir kehidupan yang menimpa, masih marah yang berkelanjutan karena merasa disakiti atau ditipu. Maka kita secara telak telah gagal berkaca ke dalam diri melalui kaca pembesar yang Allah kirim melalui semua fenomena itu.

Kita demikian sibuk tertawan oleh fenomena, seperti seseorang yang menerima surat cinta, alih-alih membaca isi suratnya ia sibuk menganalisis kenapa suratnya terlambat diterima, mengapa amplopnya berwarna begitu, mengkritisi bentuk kertas dan tulisan serta semua hal yang tidak esensial dan lalai dalam menangkap pesan cintanya.

Demikian pun untaian takdir kehidupan kita tak lain adalah sebuah rangkaian indah surat cinta yang Dia kirim dan tuliskan secara personal ke setiap orang. Tidak ada surat yang sama. Mengagumkan! Tapi berapa banyak yang dimampukan bahkan sekadar membaca isinya dan menangkap pesan yang tersembunyi?

Amsterdam, Senin 27 Juli 2020
16.25 di musim panas yang mendung

No comments:

Post a Comment